Tau Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak? Tidak? Lemah. Hehe canda lemah. Sering tuh muncul di media sosial-ku tren sound TikTok yang ini. Oke, back to topic, kalian tau NTB kan yaa? Atau cuma pernah dengar aja? Biasanya kalau dengar NTB orang-orang langsung membayangkan pulau Lombok dengan wisata Gili Terawangan yang eksotis, destinasi para turis asing, atau Mandalika yang bakal jadi tempat sirkuit balap MotoGP tahun 2022. Tapi, NTB tidak hanya punya satu pulau, lho. Tahu tidak kalau ke timur lagi ada satu pulau yang masih termasuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat. Yap, Pulau Sumbawa dan Bima. Nah, di sebuah tempat di Pulau Sumbawa konon ada desa bernama Talwa. Tidak, aku tidak mencoba untuk mengubah genre ini menjadi horor 😀
Oke, lanjut. Seperti judulnya, desa Talwa ini dikenal sebagai desa yang sudah mempertahankan tradisi pembuatan parang secara tradisional kurang lebih sekitar 300 tahun. Desa Talwa merupakan dusun pandai besi, atau bahasa kerennya blacksmith. Menurut artikel yang aku baca dari website resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa, wisatawan bahkan menjuluki desa Talwa ini dengan sebutan “Blingin Jerman”. Produk-produk yang dihasilkan dari desa ini antara lain parang khas Sumbawa, pisau, cangkul, tembilang dan lain sebagainya.
Desa yang berjarak 14 km dari kota Sumbawa ini digadang-gadang memiliki parang yang berkualitas sangat baik. Parang Sumbawa bahkan sudah diekspor ke pulau Jawa dan Bali. Poin yang membuat parang ini sangat diminati oleh masyarakat adalah kualitas dan desainnya yang unik. Menurut sejarah kepercayaan masyarakat Sumbawa sih, pada masa pemerintahan Sultan Jalaludin III (1883-1931), Talwa sudah dijadikan sebagai desa sentra pandai besi utama di Tana’ Samawa (Tanah Sumbawa). Keterampilan yang dimiliki oleh para pengrajin besi sekarang ini diklaim merupakan warisan secara turun temurun oleh generasi sebelumnya yang tetap dilestarikan hingga saat ini. Itulah kenapa kualitas dari produk-produknya sangat bagus, terutama parangnya.
Adapun parangnya, masyarakat dusun Talwa masih mempertahankan kualitas dan tampilan parang Sumbawa. Sebab parang masih dibuat menggunakan teknik tradisional, kualitas besinya sangat baik hingga digemari banyak orang. Parangnya dapat diandalkan untuk pekerjaan seperti merimbas semak dan tumbuhan liar, sekadar memotong ranting-ranting liar ataupun menyingkirkan gangguan di jalan. Tidak dianjurkan buat kerjaan berat sih, karena parang ini memang didesain ringan, ramping dan efisien.
Untuk ciri khas dan keunikan kedua dari parang Sumbawa ada pada sarung dan gagang parangnya nih. Sarung dan gagang parang terbuat dari kayu kelicung yang juga merupakan ikon flora provinsi NTB loh. Bukan tanpa alasan memilih kayu kelicung sebagai bahan untuk sarung dan gagang parang Sumbawa. Pohon kelicung banyak tumbuh di pulau Lombok dan Sumbawa. Namun, akibat penebangan liar, pohon ini hampir punah. Kualitas kayu kelicung juga bukan main. Kayu pohon kelicung sangat kuat dan memiliki pola serat yang indah, menampilkan warna yang eksotis. Hal ini yang bikin kayu kelicung mahal, dan parang Sumbawa pun jadi mahal. Sarung dan gagang parang Sumbawa juga tidak asal bikin. Gagang dan sarungnya diukir dengan gambar dan bentuk ukiran yang indah dan kental dengan estetika budaya khas Sumbawa.
Sampai sekarang, dusun Talwa yang bertempat di Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa ini masih tetap melestarikan tradisinya. Selain Talwa, ada sebuah dusun yang juga dikenal sebagai desa pandai besi karena sebagian besar masyarakatnya juga menekuni aktivitas ini sebagai mata pencaharian. Dusun Batu Alang yang dikatakan bahwa sebagian besar penduduknya merupakan pindahan dari Talwa. Desa ini terletak tidak jauh dari Talwa dan hanya menempuh sekitar 15 menit atau lebih dari kota Sumbawa Besar. Meskipun di beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa Batu Alang adalah lokasi asli sentra pandai besi sejak zaman kesultanan Sumbawa, namun kedua daerah tersebut sama-sama menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi.
Dikutip dari berbagai sumber.