Skip to main content
Category

Artikel

Desamind Pasuruan Perkuat Sinergi di Raker Tahunan, Dorong Digitalisasi dan Edukasi Desa 

By Artikel, Berita Terkini, Desamind Chapter, Press Release

Pasuruan – Desamind Chapter Pasuruan sukses menyelenggarakan Rapat Kerja Tahunan pada Minggu (5/10/2025) di Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Dihadiri 12 perwakilan divisi, kegiatan ini menetapkan program kerja strategis untuk setahun ke depan, dengan fokus utama pada pengembangan Desa Tambaksari.

Salah satu hasil kunci Raker adalah peluncuran empat program unggulan, termasuk Tambaksari Digital Journey yang berfokus pada digitalisasi potensi desa. Rangkaian acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana, Ridha Ritama Trisani. 

“Saya selaku Ketua Pelaksana, berterima kasih kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras mempersiapkan Raker ini. Mari kita jadikan Rapat Kerja  ini sebagai momentum untuk memantapkan diri dalam membawa Desamind Chapter Pasuruan mengangkat Desa Tambaksari menjadi desa yang lebih baik lagi,” ujar Ridha.

Sambutan berikutnya diberikan Wawan Darmawan selaku Kepala Desa Desamind Chapter Pasuruan, “Mari kita manfaatkan Raker ini untuk sharing ide-ide keren dan ngobrol nyaman. Dan setelah ini, kerjaan kita di Desa Tambaksari jadi makin on point, terasa dampaknya, dan Desamind Chapter Pasuruan bisa jadi lebih baik lagi,” ujar Wawan.

Memasuki kegiatan inti, setiap divisi mempresentasikan program kerjanya, kemudian saling memberikan saran dan tanggapan untuk memperjelas programnya. Rapat diakhiri dengan diskusi Badan Pengurus Harian (BPH) yang membahas serta menetapkan program kerja yang telah disepakati bersama.

Tahun ini terdapat empat program utama yang akan dijalankan, yakni Tambaksari Digital Journey, Sosmed Academy: Cerdas Branding Digital, Betari (Belajar Tambaksari Asri), dan Agri Edukita.

  • Tambaksari Digital Journey: Inisiatif pemasaran digital untuk memperkenalkan potensi wisata, budaya, dan kehidupan masyarakat Desa Tambaksari melalui platform media sosial dan konten visual menarik.
  • Sosmed Academy: Cerdas Branding Digital : Pelatihan dengan narasumber ahli untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, kreativitas, desain grafis, dan strategi konten digital.
  • Betari (Belajar Tambaksari Asri): Kegiatan belajar seru dengan suasana menyenangkan melalui permainan edukatif. 
  • Agri Edukita: Program edukasi pengelolaan sampah agar dapat dimanfaatkan menjadi pupuk, pakan ternak, atau produk lainnya.

Selain empat program utama tersebut, terdapat pula program pendukung dari Divisi Internal, yaitu Makrab dan Internal Awarding. Kedua kegiatan ini bertujuan menciptakan lingkungan internal yang aktif, suportif, serta mendorong pengembangan diri secara personal maupun profesional agar lebih siap terjun dalam kegiatan sosial dan edukasi masyarakat.

Selain itu, Divisi Media dan Informasi juga menetapkan empat kegiatan, yaitu peringatan hari besar nasional dan hari besar Islam, publikasi after event untuk memperkuat citra organisasi, penyebaran informasi desa mitra melalui program FYI di media sosial, serta Podmind, yakni program podcast yang menghadirkan berbagai narasumber dengan topik menarik bagi audiens internal maupun eksternal.

Kemudian, dari Divisi Kewirausahaan terdapat program Branding Produk UMKM sebagai bentuk promosi digital untuk memperkenalkan potensi produk-produk lokal di Desa Tambaksari melalui platform media sosial. Sementara itu, Divisi Eksternal juga akan menjalankan tiga program, yaitu Sinau Bareng Chapter, studi banding dengan chapter lain untuk berbagi praktik dan pengelolaan organisasi, serta Cooler (Cooperation with Stakeholder) yang berfokus pada kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan sesuai kebutuhan program kerja Desamind Chapter Pasuruan, termasuk portal Desamind untuk publikasi berita kegiatan.

Meski sempat tertunda, Rapat Kerja Tahunan Desamind Chapter Pasuruan berjalan lancar dan penuh semangat Melalui penetapan program ini, organisasi berharap dapat memperkuat sinergi antardivisi, memperluas dampak sosial pengembangan Desa Tambaksari, serta meneguhkan komitmen dalam mendukung pembangunan desa yang berkelanjutan dan berdaya di Pasuruan.

Penulis: Mukhammad Thoriq Aziz 

Editor: Yesi Rahma Mustika

Desamind Berkiprah di Ajang Internasional: Kintan Raih Pendanaan Food Innovation Challenge di University of Queensland

By Artikel, Desamind Award

Partisipasi anggota Desamind dalam ajang internasional ini menjadi bukti nyata bahwa gerakan sosial anak muda Indonesia mampu menembus ruang kolaborasi global. Melalui kiprah Kintan, Desamind tidak hanya berfokus pada pemberdayaan di dalam negeri, tetapi juga terus memperluas dampaknya dengan mendorong keterlibatan pemuda dalam bidang riset, inovasi, dan kewirausahaan sosial di tingkat dunia.

Gambar 1. Kintan menerima pendanaan Food Innovation Challenge di University of Queensland

Brisbane, 8 Oktober 2025 — Salah satu anggota Desamind Indonesia, Kintan, berkesempatan untuk berpartisipasi dalam Food Innovation Challenge (FIC) 2025, sebuah program pengembangan inovasi pangan yang diselenggarakan oleh University of Queensland (UQ) melalui UQ Ventures, bekerja sama dengan Australia’s Food and Beverage Accelerator (FaBA). Ajang ini menjadi ruang bagi mahasiswa dan inovator muda dari berbagai universitas untuk mengembangkan ide, meneliti solusi baru, dan membangun bisnis berkelanjutan di bidang pangan dan minuman. Program ini juga menjadi titik temu lintas disiplin yang mempertemukan inovator dari berbagai latar belakang sains, bisnis, dan teknologi untuk menciptakan solusi pangan yang tidak hanya inovatif, tetapi juga berdampak sosial dan ramah lingkungan.

Program tahunan ini dirancang untuk mendorong kolaborasi antara dunia akademik dan industri, menghadirkan pembelajaran langsung dari para pakar global, serta memperkuat kompetensi peserta dalam menghadapi tantangan industri pangan masa depan. Selain memperkuat kemampuan teknis, peserta juga dilatih membangun jejaring profesional dan memahami dinamika global supply chain pangan modern, sehingga siap bersaing dan berkontribusi dalam ekosistem industri berkelanjutan.

Tahun ini, Food Innovation Challenge mengusung tema “Innovating for a Better Tomorrow”, menyoroti pentingnya inovasi berkelanjutan dalam menciptakan sistem pangan yang tangguh, inklusif, dan ramah lingkungan.

Kintan menjadi salah satu peserta internasional yang mengikuti rangkaian kegiatan sejak tahap awal. Program ini diawali dengan sesi workshop dan mentoring yang berlangsung sepanjang September 2025, di mana peserta diajak untuk mengembangkan ide produk berbasis riset menjadi konsep bisnis yang siap diuji di pasar. Selama proses ini, setiap peserta juga berkesempatan melakukan validasi ide langsung kepada pelaku industri dan konsumen, sehingga setiap gagasan yang lahir benar-benar berakar dari kebutuhan nyata masyarakat global.

Melalui pendekatan berbasis desain dan riset pengguna, peserta dilatih untuk mengidentifikasi masalah nyata di sektor pangan, melakukan validasi pasar, dan mengukur dampak sosial dari inovasi yang diusulkan.

Gambar 2. Kintan bersama mentor di University of Queensland

Selama proses tersebut, Kintan dan peserta lainnya mendapatkan bimbingan langsung dari para mentor profesional dan praktisi industri ternama. Pada sesi pertama Mentor yang terlibat diantaranya adalah Saul Martinez, Anthony Jay, Cameron Turner, Alex Bell, Lilly Lim-Camacho, dan Adam Smith. Sementara pada sesi lanjutan, pendampingan diberikan oleh Justin Nugent, Josh Hemelaar, Claire Pink, Alisa Becker, Natalja Ivanova, dan Gav Parry dari tim UQ Ventures. Pendampingan lintas sesi ini tidak hanya memperkuat kemampuan teknis peserta, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk mempresentasikan ide di hadapan praktisi industri kelas dunia.

Melalui sesi mentoring tersebut, peserta memperoleh wawasan mendalam tentang strategi inovasi, pengembangan produk, serta peluang bisnis di industri pangan global yang terus berkembang. Hal ini memperlihatkan bagaimana universitas berperan penting dalam menyiapkan generasi muda menghadapi masa depan pangan dunia yang semakin kompleks dan berbasis teknologi.

Puncak kegiatan berlangsung pada Rabu, 8 Oktober 2025, di kampus University of Queensland, Brisbane, dimana seluruh tim finalis mempresentasikan hasil inovasi mereka dalam sesi Final Pitch Event. Para juri yang hadir berasal dari kalangan profesional industri dan akademisi, antara lain Lisa-Claire Ronquest-Ross, Leigh Ford, dan Chris Downs. Mereka menilai setiap ide berdasarkan aspek keberlanjutan, potensi pasar, inovasi teknologi, dan dampak sosialnya. Momen ini menjadi ajang pembuktian para inovator muda bahwa ide yang berangkat dari riset dapat dikembangkan menjadi solusi konkret yang bernilai bagi masyarakat luas.

Kintan menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya dapat menjadi bagian dari program prestisius ini. “Mengikuti Food Innovation Challenge adalah pengalaman yang luar biasa. Saya belajar bagaimana menggabungkan antara riset ilmiah dan inovasi sosial untuk menghasilkan solusi yang tidak hanya bermanfaat secara ekonomi, tapi juga menjawab kebutuhan masyarakat. Selain itu, kesempatan untuk belajar langsung dari mentor-mentor dunia membuka pandangan baru tentang potensi kolaborasi lintas negara,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini memberinya pemahaman baru tentang pentingnya kolaborasi lintas budaya untuk menciptakan inovasi yang relevan dengan tantangan global.

Program Food Innovation Challenge juga dikenal sebagai ajang yang mendorong peserta untuk berpikir holistik memadukan kreativitas, riset, dan keberlanjutan dalam satu kerangka inovasi. Melalui pendekatan interdisipliner ini, peserta didorong untuk memahami hubungan antara sains pangan, kewirausahaan, dan tanggung jawab sosial. Inilah yang menjadikan FIC lebih dari sekadar kompetisi, melainkan wadah pembelajaran yang menyiapkan generasi muda menjadi inovator masa depan. Lebih dari itu, FIC juga menjadi simbol harapan baru bahwa masa depan pangan dunia dapat dibentuk oleh generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli pada keberlanjutan dan keadilan sosial.

Bagi Desamind Indonesia, keterlibatan Kintan dalam kegiatan ini menjadi kebanggaan tersendiri. Sebagai gerakan sosial yang berfokus pada pengembangan kapasitas pemuda melalui riset dan inovasi sosial, Desamind terus berupaya mendorong anggotanya untuk berkiprah secara global. Partisipasi ini menunjukkan bahwa semangat belajar dan kontribusi sosial tidak mengenal batas negara. Pengalaman yang diperoleh Kintan diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pemuda Indonesia untuk berani melangkah dan membawa gagasan mereka ke panggung internasional.Melalui langkah-langkah kecil seperti ini, Desamind menegaskan komitmennya untuk menumbuhkan ekosistem inovasi sosial yang mampu bersaing di tingkat global namun tetap berpijak pada nilai kemanusiaan.

Selain memperluas jejaring internasional, partisipasi ini juga membuka peluang bagi Desamind untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan dan lembaga inovasi luar negeri. Melalui pengalaman langsung seperti ini, anggota Desamind mendapatkan kesempatan untuk memahami dinamika inovasi global sekaligus mengadaptasikannya dalam konteks pembangunan sosial di Indonesia. Dengan begitu, gerakan ini tidak hanya mengembangkan kapasitas individu, tetapi juga memperkuat fondasi kolaborasi antarnegara dalam upaya menciptakan inovasi yang berkeadilan dan berdampak luas.

Kintan menutup pengalamannya dengan pesan reflektif, “Bagi saya, ini bukan akhir dari perjalanan, tapi awal dari kolaborasi yang lebih luas. Saya ingin membawa semangat dan ilmu yang saya dapatkan di sini untuk dikembangkan bersama teman-teman di Indonesia agar inovasi bisa benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat.” Pesan itu menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil yang dilakukan anak muda dapat berkontribusi bagi perubahan besar, terutama ketika dijalankan dengan niat dan semangat berbagi.Keikutsertaan Kintan dalam Food Innovation Challenge 2025 menjadi bukti nyata bahwa anak muda Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari perubahan global. Melalui semangat kolaboratif dan nilai-nilai kemanusiaan yang diusung Desamind, langkah kecil ini diharapkan mampu menyalakan lebih banyak lilin harapan dari kampus di Brisbane hingga komunitas di tanah air.

Penulis: Alan Ferdian Syah

Editor: Kintan Nur Romadhona

Dosen Berdampak Kemdiktisaintek: Bersama Desamind, Menyalakan Harapan dan Membangun Desa untuk Indonesia

By Artikel, Pemberdayaan Kepemudaan, Press Release

Surakarta – (12/10) Melalui kiprah menginisiasi Desamind dan prestasinya sebagai dosen muda yang mampu menjembatani dunia pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc.ITE berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) sebagai “Dosen Berdampak”.

Bagi Hardika, penghargaan ini merupakan buah dari keyakinan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ia selalu menanamkan nilai tanggung jawab sosial bahwa ilmu yang kita miliki tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi harus memberi manfaat bagi masyarakat. Dari kesadaran itu, Desamind terbentuk sebagai wadah kolaboratif bagi pemuda untuk belajar, mengabdi, dan mencipta perubahan nyata di desa.

“Kita tidak boleh berhenti pada teori, namun harus hadir di masyarakat, menyalakan lilin-lilin potensi di setiap desa,” tutur Hardika saat memberikan pengarahan kepada mahasiswa.

Kini, Desamind telah berkembang menjadi gerakan yang berfokus pada pemberdayaan desa. Bersama relawan muda dari berbagai daerah, Desamind menjalankan berbagai inisiatif untuk memperluas jangkauan dampaknya. Terhitung 340 kegiatan/kolaborasi terlaksana dengan jumlah keterdampakan lebih dari 27 ribu masyarakat. Hal ini menjadi bukti bahwa gerakan anak muda mampu menjembatani kampus, industri, dan masyarakat dalam satu ekosistem perubahan sosial.

Gambar 1. Momen penyerahan dukungan kolaborasi antara Desamind Foundation dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Dok. Humas UMS)

Kampus sebagai Rumah Gerakan Sosial

Keberhasilan Desamind dalam memberikan kebermanfaatan tidak terlepas dari dukungan kampus yang visioner. Bagi Hardika, Universitas Muhammadiyah Surakarta bukan sekadar tempat ia mengajar, tetapi ruang yang menumbuhkan nilai kepedulian dan empati sosial.

“Kampus harus menjadi pusat gerakan sosial, tempat di mana ide dan aksi bersatu untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Berkat kolaborasi dosen, mahasiswa dan ekosistem kampus yang aktif di berbagai lini pemberdayaan, UMS menunjukkan peran penting pendidikan tinggi sebagai katalis transformasi sosial. Sinergi ini membuktikan bahwa akademisi dapat menjadi motor perubahan yang berpihak pada masyarakat.

Dari Desa untuk Indonesia

Gerakan Desamind telah menyalakan semangat perubahan di berbagai wilayah Indonesia. Terdapat 16 Chapter Desamind dengan desa binaannya masing-masing mampu mandiri secara ekonomi dan menjadi contoh praktik baik bagi daerah lain. Lebih dari sekadar program sosial, Desamind menjadi ruang belajar bersama bagi generasi muda untuk memahami makna pemberdayaan yang sesungguhnya.

Hardika meyakini, perubahan sejati dimulai dari pemberdayaan manusia. Desa bukan objek pembangunan, melainkan subjek perubahan. Prinsip inilah yang terus dijaga oleh Desamind dalam setiap langkah pengabdian mereka.

Gambar 2. Para relawan Desamind bersama pihak Paragon, Kemendiktisaintek dan Mahasiswa UMS berkomitmen melanjutkan gerakan pemberdayaan desa (Dok. Humas UMS)

Dengan semangat menyalakan lilin-lilin desa, Hardika menunjukkan bahwa kampus tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga menumbuhkan generasi pemberdaya. Dari ruang kelas hingga pelosok desa, ia membuktikan bahwa pendidikan dan pengabdian dapat berjalan beriringan untuk Indonesia yang lebih berdaya.

Author : Alan Ferdian Syah

Editor: Ahmad Zamzami

Anak-Anak 3T Belajar Berpikir Komputasional: Kolaborasi Desamind Indonesia, UMS, dan Pi Mengajar di SDN 2 Lelogama

By Artikel, Berita Terkini, Pemberdayaan Kepemudaan, Program Unggulan Desamind

Lelogama, Amfoang Selatan, Kab. Kupang, 15 September 2025 – Desamind Indonesia Foundation bersama Pi Mengajar, CT Arsa Foundation, dan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sukses menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Pengenalan Pembelajaran Computational Thinking Unplugged dan Plugged yang dilaksanakan selama dua hari, Minggu–Senin, 14–15 September 2025, di SD Negeri 2 Lelogama, Kec. Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan dibuka dengan sambutan dari perwakilan Pi Mengajar CT Arsa Foundation, Guru Muda Aat Rahmawati. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan yang memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengenal dunia lebih luas melalui literasi dan teknologi.

Gambar 1. Kegiatan Membaca di Bukit samping Sekolah

Pada hari pertama, Minggu (14/9), siswa-siswi SD Negeri 2 Lelogama diajak mengikuti aktivitas literasi membaca di bukit sekitar sekolah. Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 15.30 hingga 17.30 WITA ini menghadirkan suasana berbeda, di mana anak-anak belajar membaca sambil menikmati panorama alam, sehingga menumbuhkan semangat baru untuk meningkatkan budaya literasi.

Hari kedua, Senin (15/9), difokuskan pada pengenalan pembelajaran berpikir komputasional melalui metode unplugged dan plugged. Anak-anak dikenalkan pada aktivitas kreatif seperti permainan puzzle, pengenalan buah-buahan, hingga kegiatan eksperimen sederhana menggunakan perangkat makey-makey. Mereka berhasil membuat alat musik sederhana berbasis teknologi tersebut, yang sekaligus mengasah kemampuan berpikir logis, kreatif, dan problem solving.

Gambar 2. Anak-anak sedang belajar merakit Makey-Makey

Program ini didampingi oleh Dita Apriani dari Desamind Indonesia Foundation, serta dua dosen Pendidikan Teknik Informatika UMS, yaitu Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc.ITE dan Irma Yuliana, S.T., M.M., M.Eng. Kehadiran para pendamping tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga menunjukkan sinergi antara akademisi, komunitas, dan lembaga sosial dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan di daerah 3T.

Hardika Dwi Hermawan, dosen Pendidikan Teknik Informatika UMS sekaligus President Director Desamind Indonesia Foundation, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program tahun sebelumnya.

“Tahun lalu kami mengenalkan literasi digital dan computational thinking kepada para guru. Tahun ini, fokusnya kami alihkan kepada siswa, agar sejak dini mereka terbiasa berpikir komputasional dan melek teknologi. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi rangkaian kolaborasi dengan PKBH FH UGM yang pada Rabu, 17 September 2025, akan mengadakan penyuluhan hukum bagi para wali murid. Semoga kerja sama lintas lembaga ini terus berlanjut dan memberikan kesempatan bagi anak-anak di daerah 3T untuk tumbuh dan berkembang,” ujar Hardika.

Gambar 3. Dita Apriani dari Desamind sedang mendampingi siswa-siswi SDN 2 Lelogama

Perwakilan Desamind Indonesia Foundation menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen mendukung pendidikan dasar di wilayah terpencil Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan era digital. Diharapkan, siswa-siswi SD Negeri 2 Lelogama dapat terus mengembangkan kemampuan literasi dan berpikir komputasional sebagai bekal masa depan.

Penulis: Hardika Dwi Hermawan

Editor: Syifa Adiba, Kamilya Anjani Putri

Desamind Berpartisipasi dalam Diskusi Pengembangan Desa bersama MYSC Korea dan Pijar Foundation

By Artikel, Berita Terkini, DRTC

DESAMIND.ID Jakarta, 8 Agustus 2025 — Dalam upaya mendorong kolaborasi internasional untuk pengembangan desa berbasis teknologi, Desamind Indonesia melalui divisi risetnya, Desamind Research Training Centre (DRTC), turut serta dalam kegiatan Focus Group Interview (FGI) yang diselenggarakan oleh Merry Year Social Company (MYSC) dari Korea Selatan bekerja sama dengan Pijar Foundation dalam program KOICA Creative Technology Solution (CTS) Seed 0 Initiative.

Perwakilan dari Desamind, Martha Hindriyani selaku peneliti DRTC, menghadiri diskusi yang berlangsung pada Selasa, 5 Agustus 2025 di kantor Pijar Foundation, Jakarta. FGI ini dihadiri oleh perwakilan dari sektor pemerintah, LSM, dan inisiatif lokal. 

Diskusi selama dua jam ini membahas peluang dan tantangan dalam mengembangkan solusi teknologi untuk desa, termasuk potensi pasar, kebutuhan lapangan, hingga strategi kolaborasi yang tepat jika perusahaan luar negeri ingin masuk ke Indonesia. Topik utama yang diangkat antara lain: pengembangan teknologi pertanian, inklusi keuangan di pedesaan, solusi ramah iklim, dan pelibatan pemuda dalam inovasi desa.

Desamind menekankan pentingnya pendekatan inovasi kolaboratif dan integrasi pengetahuan lokal agar intervensi teknologi benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat desa. Dengan pengalaman dalam mendampingi pemuda dan membangun program riset komunitas di berbagai wilayah Indonesia, DRTC menawarkan model kerja berbasis kemitraan antara sektor publik, swasta, dan masyarakat. Hasil FGI ini akan menjadi dasar pengembangan rencana joint venture MYSC di Indonesia, yang berfokus pada penciptaan platform digital dan alat bantu teknologi untuk pengembangan desa yang berkelanjutan.

Ditulis oleh: Syifa Adiba

Editor: Kamilya Anjani Putri

Desamind Indonesia Selenggarakan Kelas Pembekalan untuk Cetak Local Heroes Penggerak Desa

By Artikel, Beasiswa Desamind, Berita Terkini, Press Release, Program Unggulan Desamind

DESAMIND.ID, Minggu, 28 Juli 2025 — Dalam rangka mendampingi lima penerima terpilih Beasiswa Desamind 5.0 sebelum menjalankan proyek pengabdian di desa, Desamind Indonesia menyelenggarakan Kelas Pembekalan yang berlangsung selama tiga pekan secara daring. Kegiatan ini dirancang untuk membekali para awardee dengan kapasitas personal dan teknis, agar mampu mengeksekusi proyek sosialnya.

Dalam sambutannya, President Director Desamind menegaskan pentingnya orientasi pada aksi dalam kepemimpinan berbasis pengabdian. “Orang-orang yang membantu kalian itu fokus ke action-oriented, tetapi sebagai seorang leader, kalau ekspektasinya tinggi namun tidak bisa mengeksekusi sebuah project, itu tidak akan berdampak,” ujarnya. Pesan ini menjadi kerangka utama kelas pembekalan: mendorong awardee tidak hanya untuk berpikir besar, tetapi juga mampu bertindak dan menggerakkan.

Pada pekan pertama, sesi bertajuk Bite the Chunk: From Idea to Action for Social Project dibawakan oleh Reza Nurdiansyah, seorang profesional tersertifikasi dari Desain Thinkers Indonesia. Reza mengajak peserta mengembangkan gagasan mereka dengan pendekatan Design Thinking dan menyusunnya ke dalam kerangka Social Business Model Canvas. Materi ini memberikan dasar logis dan aplikatif agar ide-ide sosial yang digagas peserta bisa dikemas dalam bentuk proyek yang sistematis dan dapat diimplementasikan.

Pekan berikutnya, peserta mendalami dinamika kerja tim dalam sesi Teamwork Makes the Dream Work bersama Dimas Dwi Pangestu, Founder Trash Ranger ID. Ia menekankan pentingnya pembagian peran yang adaptif, penyusunan skala prioritas menggunakan MoSCoW Method, serta memahami karakter kepemimpinan situasional. Melalui studi kasus dan diskusi kelompok, peserta didorong memahami bahwa keberhasilan proyek sosial sangat bergantung pada kolaborasi internal yang sehat dan efektif.

Penutup kelas pembekalan diisi oleh Amsa Nadzifah, Ketua Yayasan Literasi Desa Tumbuh, dalam sesi bertajuk Link and Lead: The Power of Project Collaboration. Amsa menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memastikan keberlanjutan program. Ia menyampaikan bahwa proyek sosial yang kuat bukanlah proyek yang berjalan sendiri, melainkan yang mampu menjalin relasi dengan berbagai aktor dalam kerangka kolaborasi pentahelix. “Dengan menjalin kemitraan lintas sektor (pentahelix), kalian akan membentuk ekosistem proyek sosial yang mandiri dan berkelanjutan,” tegasnya kepada peserta.

Gambar 1. Kelas Pembekalan awardee Beasiswa Desamind 5.0

Setiap sesi dalam kelas pembekalan tidak hanya diisi dengan paparan teori, tetapi juga simulasi langsung melalui worksheet, diskusi studi kasus, serta sesi mentoring reflektif di ruang breakout. Pola ini dirancang untuk membangun pemahaman secara progresif dan berkesinambungan.

Melalui Kelas Pembekalan ini, Desamind Indonesia berharap para awardee dapat merealisasikan proyek sosial mereka dengan kesiapan, mulai dari desain program, kerja kolaboratif, hingga membangun dampak berkelanjutan dalam pelaksanaan proyek sosial yang di usung di desa yang menjadi mitranya.

Penulis: Zaky Badruzzaman/Scholarship Division

Editor: Kamilya Anjani Putri

Festival Literasi BUKULANDARA: Menumbuhkan Minat Baca, Kepedulian Lingkungan, dan Semangat Menggapai Mimpi

By Artikel, Desamind Chapter, Pemberdayaan Kepemudaan

“Seorang pembaca hidup seribu kehidupan sebelum ia meninggal. Sementara, orang yang tidak pernah membaca hanya hidup satu kali.” – George R.R. Martin

DESAMIND ID – Membaca bukan sekadar memahami kata-kata, tetapi juga membuka wawasan, memperluas mimpi, dan menumbuhkan kepedulian terhadap dunia. Sayangnya, minat baca masih menjadi tantangan bagi banyak pelajar, termasuk di SMP Islam Al-Muttaqien, Desa Cijayanti. Untuk menjawab tantangan ini, Desamind Chapter Bogor berkolaborasi bersama TBM Bale Baca Cijayanti menghadirkan Festival Literasi BUKULANDARA, sebuah program yang dirancang khusus untuk menumbuhkan budaya membaca dan meningkatkan kemampuan literasi siswa.

Program BUKULANDARA berlangsung sejak Oktober 2024 hingga Januari 2025 dengan target utama siswa kelas 7 SMP Islam Al-Muttaqien. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen Desamind dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa, dengan menjadikan literasi sebagai langkah awal menuju perubahan positif dan masa depan yang lebih cerah.

Melalui program ini, anak-anak di Desa Cijayanti diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan, pengembangan diri, dan kebiasaan membaca yang konsisten. Dengan minat baca yang lebih tinggi, mereka dapat mengembangkan pola pikir kritis, memperluas wawasan, serta memiliki peluang lebih besar untuk masa depan yang cerah.

Melalui rangkaian kegiatan interaktif dan edukatif, BUKULANDARA tidak hanya mengajak siswa lebih gemar membaca, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif. Terdapat empat agenda utama program ini, yaitu pembukaan, pendampingan komunitas literasi, puncak kegiatan yaitu literasi dan konservasi, serta sesi motivasi bersama pendiri Desamind, Hardika Dwi Hermawan.

Acara pembukaan dengan penyerahan buku bacaan secara simbolis kepada pihak sekolah, permainan literasi yang memacu antusiasme siswa, serta pengenalan program pendampingan komunitas literasi yang akan dilakukan secara berkala.

Pendampingan komunitas literasi berlangsung setiap dua pekan sekali, diikuti oleh siswa kelas 7 dengan berbagai tema menarik seputar literasi, pengembangan diri, dan keterampilan belajar. Kegiatan ini bertujuan membantu siswa memahami pentingnya membaca, meningkatkan kemampuan literasi, serta menumbuhkan kebiasaan membaca yang konsisten sejak dini.

Sebagai puncak acara, Desamind Chapter Bogor menggandeng Safari untuk mengedukasi siswa mengenai pentingnya menjaga kelestarian Banteng Jawa. Dalam sesi ini, siswa diajak menonton video edukasi tentang habitat dan pelestarian Banteng Jawa, lalu berpartisipasi dalam games interaktif seperti membuat poster ajakan menjaga kelestarian satwa langka tersebut.

Pada penghujung acara, siswa memperoleh kesempatan istimewa untuk berdiskusi langsung bersama Kak Hardika, Founder Desamind. Dalam sesi inspiratif ini, Kak Hardika berbagi pengalaman perjuangannya dalam meraih mimpi, sekaligus mengajak siswa untuk berani bermimpi besar, tidak mudah menyerah, dan terus berusaha meskipun menghadapi berbagai rintangan.

Dengan hadirnya Festival Literasi BUKULANDARA, diharapkan siswa tidak hanya lebih gemar membaca, tetapi juga mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, memahami dunia dengan lebih luas, serta memiliki semangat juang dalam mengejar impian mereka. 

Mari bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang mendukung budaya literasi, kepedulian terhadap alam, dan semangat menggapai mimpi!

Penulis: Febrian Batara Aditya Rahman (Desamind Chapter Bogor)

Editor: Syifa Adiba, Kamilya Anjani Putri

Menabur Asa di Tanah Kecil: Cerita Lulu bersama Desamind

Menabur Asa di Tanah Kecil: Cerita Lulu bersama Desamind

By Artikel, Beasiswa Desamind, Berita Terkini

DESAMIND.ID — Dari sebuah kota kecil di ujung selatan Jawa Tengah, tumbuh seorang pemudi bernama Yanuar Laely Lu’iuatul Adha (20 tahun), atau yang akrab disapa Lulu. Ia berasal dari Desa Sidamulya, Kecamatan Sidareja, Cilacap, wilayah yang jauh dari hiruk-pikuk kota, tetapi kaya akan semangat dan cita-cita. Lulu adalah mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat di STIKes Surya Global Yogyakarta, sekaligus salah satu awardee Beasiswa Desamind 4.0.

Sejak awal kuliah, Lulu dikenal sebagai pribadi yang senang membaca, berdiskusi, dan terlibat dalam kegiatan sosial. “Dari semester dua sudah sering ikut volunteer dan lomba-lomba. Aku memang suka banget sama dunia pemberdayaan.” tuturnya.   

Perjalanan Lulu menjadi bagian dari awardee Beasiswa Desamind bukan tanpa liku. Proyek yang ia usung awalnya adalah bagian dari proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM). Sayangnya, proposal tersebut belum lolos pendanaan. Namun, Lulu tidak menyerah. Ia justru menghidupkan kembali gagasannya melalui beasiswa Desamind, hingga lahirlah proyek bertajuk: STEVANTIC – Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam Budidaya Tanaman Stevia Rebaudiana sebagai Upaya Preventif Diabetes Melitus.

“Aku ingin ada solusi yang menjawab permasalahan, sederhana, dan bisa dijalankan bersama masyarakat. Stevia adalah tanaman lokal yang manis alami bisa jadi pengganti gula, dan ini sangat relevan untuk pencegahan diabetes melitus di Dusun Sayangan, Kalurahan Jagalan, Banguntapan, Bantul,” jelas Lulu.   

Dalam proyek ini, Lulu menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT) di desanya yang sebagian besar juga merupakan kader posyandu. Ia tak hanya mengajarkan cara budidaya dan pengolahan stevia, tetapi juga menyelipkan edukasi kesehatan. Bersama Sobat Diabetes Yogyakarta, Puskesmas, dan para kader posyandu, Lulu memadukan pendekatan edukatif, sosial, dan budaya (Edu-Sos-Bud) yang menyeluruh dan membumi. 

Prosesnya pun penuh warna. Dari ikut menanam dan memanen stevia, berdiskusi dengan ibu-ibu KWT, hingga menghadapi tantangan ketika tanaman mulai layu pasca Ramadhan akibat keterbatasan penyiraman. “Ini bukan hanya soal tanaman. Ini soal komunikasi, komitmen, dan bagaimana membangun rasa memiliki bersama,” ucapnya.   

Gambar 1 Cek Kesehatan dan Panen Stevia

Meski berasal dari kampus yang relatif kecil, Lulu tidak merasa minder. Awalnya ia sempat insecure karena banyak awardee Desamind berasal dari kampus-kampus besar. “Tapi justru aku merasa ditemani dan dipeluk semangatnya. Bahkan ketika postinganku di-like tim Desamind aja rasanya seperti dapet pelukan,” kenangnya sambil tertawa. 

Tak berhenti di sana, Lulu juga aktif secara nasional. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Direktorat Penelitian dan Pengembangan ISMKMI Nasional (Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia), serta menjadi relawan MER-C Yogyakarta yang fokus pada isu-isu kemanusiaan dan kesehatan di daerah konflik dan bencana.

Kini, setelah Nomor Induk Berusaha (NIB) kelompok KWT berhasil didapatkan, Lulu sedang merintis jalur pemasaran legal untuk produk stevia dan herbal lainnya. Ia juga tengah membangun sebuah komunitas bernama “Sadar Sehat”, yang berawal dari inisiatif kampus dan mulai merambah kolaborasi lintas daerah.

“Aku ingin ilmu dan pengalaman dari Desamind, khususnya dari Program Beasiswa Desamind 4.0 tidak berhenti di aku. Tapi bisa tumbuh jadi gerakan yang hidup yang dari desa, untuk desa, dan bersama desa,” ujarnya mantap.

Dengan ketulusan, keberanian, dan konsistensi, Lulu membuktikan bahwa dari seorang anak yang tumbuh di sudut Cilacap, bisa tumbuh mimpi besar yang berdampak nyata bagi masyarakat. Bahwa dari tanah kecil, seorang anak muda bisa menabur asa dan menumbuhkan harapan baru untuk hidup yang lebih sehat, berdaya, dan saling menjaga.

Penulis : Putri Aulia Pasa

Editor : Syifa Adiba

Menjadikan Kurban Lebih Bermakna Bersama Desamind Farm: Investasi Ternak Kambing untuk Pemberdayaan Desa

By Artikel, Desamind Farm

Bogor – Pada Idul Adha 2025, Desamind Farm menghadirkan inisiatif gerakan pemberdayaan masyarakat lokal melalui Program Investasi Ternak Kambing. Berkolaborasi dengan Kelompok Tani Hutan Bodogol Kampung Hoya (KTH-BKH), program ini memberikan warna baru dalam memaknai ibadah kurban sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi desa.

Latar belakang inisiasinya bermula dari keprihatinan atas pergeseran minat generasi muda yang lebih condong ke industri manufaktur. Desamind Farm berupaya menumbuhkan kembali minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi bertani dan beternak dengan harapan mampu mengurangi angka pengangguran usia produktif untuk menyukseskan misi empowering local community, khususnya kalangan pemuda di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.

Dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada, seperti keberadaan infrastruktur kandang ternak, kelimpahan sumber daya alam, serta keahlian masyarakat dalam beternak, Desamind Farm dan KTH-BKH berhasil menciptakan sinergi yang saling menguntungkan.

Skema Kolaborasi yang Inovatif

Program Investasi Ternak Kambing Desamind Farm x KTH-BKH dirancang sebagai usaha penggemukan kambing untuk memenuhi kebutuhan kurban. Dalam kerja sama ini, KTH-BKH bertanggung jawab atas pengelolaan harian ternak, sementara Desamind Farm berperan sebagai investor yang menyediakan modal untuk pembelian bibit ternak dan turut membantu dalam proses penjualan hasil ternak.

Skema bagi hasil yang diterapkan pun mengedepankan asas keadilan dan keberlanjutan. Desamind Farm memperoleh 30% dari keuntungan sebagai investor, sedangkan 70% keuntungan menjadi hak KTH-BKH selaku pengelola. Keuntungan yang diterima Desamind Farm kemudian digunakan untuk mendukung operasional dan berbagai program pengembangan desa yang diinisiasi oleh Desamind.

Menurut Peri, Ketua KTH-BKH, para pemuda di Kampung Bodogol, Desa Benda yang sebelumnya tidak tertarik dengan dunia pertanian dan peternakan lama-lama mulai bergabung dan para anggota yang terdahulu pun lebih semangat. 

“Desamind Farm memberikan angin segar bagi kami. Selain bisa meningkatkan pendapatan, kini para pemuda punya aktivitas positif dan produktif di desanya sendiri. Kami berharap programnya terus berlanjut dan melibatkan lebih banyak pemuda ke depannya.”

Saat ini, terdapat enam pemuda yang terlibat aktif dalam Investasi Ternak Desamind Farm, yaitu Peri, Aldo, Bayu, Rustan, Andri, dan Igud. Mereka tidak hanya mendapatkan tambahan penghasilan, tetapi juga pengalaman serta keterampilan baru dalam pengelolaan usaha peternakan.

Perspektif Desamind Farm

Zakky Muhammad Noor, Direktur Desamind Farm menyampaikan bahwa investasi ternak di momen Idul Adha merupakan salah satu wujud nyata dalam memberdayakan potensi lokal. Ia percaya bahwa kurban tidak hanya sebatas ritual tahunan, tetapi juga momentum untuk menghadirkan perubahan sosial di masyarakat. Dengan menggandeng pemuda lokal, Desamind Farm ingin menciptakan model bisnis yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak langsung pada peningkatan ekonomi desa. 

Gambar 2. Prosesi Penyembelihan Hewan Kurban (Arsip Desamind)

“Semoga Desamind bisa menjadi inspirasi bagi banyak pihak bahwa penguatan ekonomi desa dimulai dari kolaborasi sederhana namun terukur. Kami optimis, bersama pemuda desa kita mampu menciptakan ekosistem peternakan yang mandiri dan berkelanjutan,” ungkap Zakky. 

Kebermanfaatan Kurban Desamind Farm

Total 10 ekor kambing kurban hasil program investasi berhasil terjual. Hewan-hewan kurban tersebut kemudian didistribusikan ke berbagai pesantren di Kabupaten Sukabumi, di antaranya Pesantren Miftahul Aziz di Kampung Batu Karut, Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, serta beberapa pesantren lainnya di Kecamatan Cicurug.

Gambar 3. Packing Daging Sebelum Didistribusikan (Arsip Desamind)

Melalui Program Investasi Ternak Kambing, Desamind Farm dan KTH-BKH membuktikan bahwa ibadah kurban tidak hanya berdimensi spiritual, tetapi juga bisa menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Kolaborasi yang inovatif dan berkelanjutan mampu membuka harapan baru bagi generasi muda desa untuk tetap mencintai dunia pertanian dan peternakan. Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana semangat kurban dapat diimplementasikan dalam bentuk yang lebih luas serta menyentuh sisi sosial dan ekonomi. 

Penulis : Ahmad Zamzami, Dita Apriani

BOCIL: Literasi Digital Sejak Dini untuk Masa Depan Cakap Teknologi

By Artikel, Beasiswa Desamind

Purwakarta – Di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, literasi digital menjadi kebutuhan yang mendesak, terutama bagi anak-anak yang tumbuh di tengah dunia yang serba cepat. Hal ini yang kemudian menjadi gagasan Ayyas, awardee Beasiswa Desamind 4.0, untuk menginisiasi BOCIL (Bocah Digital),  sebuah program edukasi literasi digital yang menyasar siswa sekolah dasar di wilayah pedesaan.

Program ini dilaksanakan di SDN Kadumekar, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, sebagai sekolah percontohan. BOCIL lahir dari keprihatinan Ayyas terhadap rendahnya pemahaman literasi digital di kalangan anak-anak desa. Meskipun mereka akrab dengan gawai, masih banyak yang belum memahami bagaimana menggunakan teknologi secara bijak, aman, dan produktif.

BOCIL: Membumikan Literasi Digital Lewat Kegiatan Interaktif

Selama pelaksanaannya, BOCIL menghadirkan berbagai kelas interaktif yang dirancang menyenangkan dan sesuai dengan karakter anak-anak. Materi yang diajarkan mencakup internet sehat, keamanan digital, etika daring, hingga cara mencari informasi edukatif di internet. Tak hanya itu, program ini juga memperluas wawasan anak-anak dalam penggunaan teknologi untuk penciptaan, bukan sekadar konsumsi. 

Gambar 1. Proses Pembelajaran Pengenalam Teknologi Tingkat Dasar (Arsip Desamind)

Beberapa kegiatan unggulan yang dijalankan antara lain “Serunya Ngoding”, di mana anak-anak dikenalkan dengan dasar-dasar computational thinking (CT) dan belajar menyusun program sederhana menggunakan platform seperti Scratch. Selain itu, terdapat Mini Electronics Workshop yang bekerja sama dengan HIRO MKB, menghadirkan pengenalan dasar elektronika dan mekatronika melalui praktik langsung yang menyenangkan. Meskipun tidak menjadi fokus utama, program ini juga turut memberikan pelatihan informal bagi para guru melalui sesi seremonial dan partisipatif, sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan literasi digital di lingkungan sekolah.

Program ini telah memberikan manfaat langsung kepada sekitar 150 siswa kelas 4 hingga 6 SD. Angka ini didasarkan pada rekap pelaksanaan dari kegiatan yang tercantum dalam laporan monitoring dan evaluasi (monev). Dukungan dari pihak sekolah dan komunitas lokal juga menjadi faktor penting dalam kesuksesan pelaksanaan tahap pertama ini.

Gambar 2. Antusiasme Siswa Mengerjakan Soal Kuis Online

BOCIL tidak hanya berhenti di ruang kelas. Untuk memperluas jangkauan edukasi dan meningkatkan keberlanjutan, Ayyas juga mengelola akun Instagram @bocahdigital sebagai media berbagi informasi, dokumentasi kegiatan, serta tips literasi digital bagi anak-anak dan orang tua.

Menuju Masa Depan Literasi Digital yang Berkelanjutan

Terkait keberlanjutan program, Ayyas melihat potensi besar untuk melanjutkan atau mengembangkan BOCIL dalam format dan skema baru. Baik melalui kerja sama dengan komunitas, institusi pendidikan, maupun adaptasi dalam bentuk modul daring atau pelatihan untuk guru dan orang tua.

“Harapan saya, BOCIL dapat menjadi katalis untuk menginspirasi individu maupun kelompok lain agar turut menginisiasi gerakan-gerakan kolektif yang membawa manfaat nyata bagi sesama,” ujar Ayyas.

BOCIL membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil. Dari sebuah ruang kelas di Purwakarta, ia menanamkan benih masa depan yang cakap teknologi, beretika digital, dan berpikir kritis untuk menuju ekosistem literasi digital Indonesia yang lebih inklusif dan transformatif.

Penulis: Syifa Adiba