Skip to main content
Category

Artikel

Awardee Beasiswa Desamind 2.0, Imelta Indriyani Alfiah Berhasil Meraih Penghargan Inisiator Bidang Pendidikan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

By Artikel, Beasiswa Desamind, Pemberdayaan Kepemudaan, Press Release, Program Unggulan DesamindNo Comments

Senin, 15 Mei 2023 — Imelta Indriyani Alfiah awardee Beasiswa Desamind 2.0 berhasil meraih penghargaan pada ajang pemilihan Perempuan Inisiator oleh Bupati Gunungkidul. Pemberian penghargaan pada peringatan Hari Kartini ini bertempat di Pendopo Dinas Kebudayaan Gudungkidul dan dihadiri langsung oleh Bapak H. Sunaryanta selaku Bupati, sang istri yang merupakan ketua TP PKK Gunungkidul dan tamu undangan lain yang berkisar sebanyak 200 orang.

Acara dibuka dengan penampilan orkestra, pembacaan UUD sekaligus biografi Raden Ajeng Kartini. Tidak sampai disitu, terdapat pula sambutan, pemberian penghargaan kepada perempuan inisiator dan ditutup dengan acara menari bersama.

Pemilihan perempuan inisiator merupakan ajang penghargaan oleh pihak pemerintah Kabupaten Gudungkidul, diberikan kepada tokoh-tokoh daerah karena telah melakukan inovasi untuk menghapuskan kesenjangan gender pada tingkat akar rumput. Perjuangan, dedikasi dan inovasi para tokoh menjadi bukti nyata upaya untuk menghapuskan ketidakadilan serta ketimpangan dalam berbagai bidang. Maka dari itu, pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas sumbangsih para tokoh.

Imelta Indriyani Alfiah memberikan inovasi dengan mendirikan komunitas Saung Lentera Nglegi dengan tujuan agar dapat mengoptimalisasi potensi anak-anak usia dini melalui peningkatan minat baca. Selain Imelta, terdapat lima perempuan hebat lainnya yang juga menerima penghargaan perempuan inisiator tahun 2023, mereka adalah Puji Lestari inisiator bidang sosial, Tutut Dewantiwi inisiator bidang perekonomian, Sifra Chintia Mella Aprila inisiator bidang kesehatan, Susmiyati inisiator dalam bidang kebudayaan serta Ermina Kristiani Susanti lurah inisiator pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Pemberian penghargaan kepada Imelta Indiryani sebagai Perempuan Inisiator Bidang Pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada hari Senin, 15 Mei 2023.

Sebagai salah satu penerima penghargaan Perempuan Inisiator, Imelta memiliki harapan untuk bisa terus berjuang lebih masif dan giat lagi dalam memajukan pendidikan Indonesia. Ia juga berharap semoga kedepannya dapat memantik semangat juang teman-teman lain. Ikhlas dan semangat menjalankan kegiatan adalah salah satu kunci untuk membuka pintu peluang dan pengalaman yang tidak terhingga.

Imelta Indriyani Alfiah juga mengatakan bahwa, “Hari kartini sebagai sebuah peringatan untuk kaum perempuan agar terus bersinar, percaya diri dan pantang menyerah dengan jalannya masing-masing. Karena sejatinya emansipasi wanita berarti melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai wanita sesuai dengan panggilannya dengan sepenuh hati”, ujarnya ketika dihubungi via Whatsapp pada Senin (15/5).

Penulis: Sanita Sitinjak

Editor: Syifa Adiba dan Putri Aulia Pasa

Penakluk Lebah, Awardee Beasiswa Desamind 2.0, Yudiatna Dwi Sahreza Gebrak Potensi Desa dengan Project WTC

By Artikel, Pemberdayaan Kepemudaan, Press ReleaseNo Comments

Yudiatna Dwi Sahreza atau sapaan akrabnya Yudi. Yudi adalah seorang mahasiswa di Universitas Mataram yang sadar akan peran penting dan tanggung jawab sebagai agent of change dan mengikuti berbagai macam organisasi adalah salah satu bentuk prosesnya. Yudi berasal dari desa terpencil membuatnya ingin mengabdi dan memajukan desa.

Niat mulia ini terjawab salah satunya dengan menjadi awardee Beasiswa Desamind 2.0 bersama 4 pemuda hebat lainnya. Pemanfaatan kesempatan dan kemampuannya yang mempertemukannya dengan informasi beasiswa yang diinformasikan melalui kanal informasi Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa (UKPKM) MEDIA UNRAM.

Projek Wanasaba Trigona Center (WTC) yang menghantarkannya menuju gerbang Beasiswa Desamind 2.0. Projek WTC ini didasari dengan keresahan Yudiatna, melihat potensi alam di desa tidak dimaksimalkan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Pada proses pelaksanaan pengabdian ke masyarakat, Yudi dan timnya melakukan kegiatan sosialisasi dan pelatihan budidaya lebah trigona kepada masyarakat khususnya kelompok pemuda yang ada di desa. Melihat kapasitas diri, maka penting untuk kolaborasi dengan seluruh pihak dan menggandeng pemerintah desa untuk mendukung WTC ini.

Kolaborasi WTC dengan pemerintah desa

Kolaborasi yang sudah kami lakukan yaitu bekerja sama dengan teknisi perlebahan NTB, Karang Taruna Desa, dan Akademisi Dosen Fakultas Peternakan. Sehingga output yang sudah kami capai adalah terbentuknya WTC, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang budidaya lebah trigona, lolos pendanaan kewirausahaan unram, terciptanya produk lebah madu trigona sebagai produk Desa Wanasaba Lauk dan lain sebagainya.

Produk Lebah Madu Trigona

Kedepannya Yudi berharap WTC dapat menjadi tempat penelitian mahasiswa maupun doesn dan memaksimalkan produk lain dari lebah trigona seperti Pemanfaatan ekstrak propolis untuk kencantikan, pengobatan dan lain lain.

Harapan saya untuk pejuang beasiswa desamind 3.0 adalah tancapkan niat baik dari awal untuk menjadi pioneer penggerak desa agar lebih maju dan melek peradaban.

Penulis: Putri Aulia Pasa dan Yudiatna Dwi Sahreza

Dorong Literasi Digital Masyarakat Desa dan Tumbuhkan Semangat Pendidikan Lanjut melalui Sosialisasi dan Pembuatan Pojok Literasi Digital di SD N 2 Cipaku

By Artikel, Berita Terkini, Pemberdayaan Kepemudaan, Press ReleaseNo Comments

Desa Cipaku, Purbalingga – Desamind Indonesia dan Desamind Chapter Purbalingga menjadi community partner dalam pelaksanaan Pengabdian yang dilakukan oleh Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu, 7 dan 8 April 2023 bertempat di SD Negeri 2 Cipaku, Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah. Kegiatan dihadiri oleh 12 orang guru, 60 orang wali siswa, serta siswa kelas 3, 4, 5, dan 6 dengan total peserta 135 siswa.

Kegiatan berlangsung secara parallel dimana ruang kelas digunakan sebagai tempat pelaksanakaan Sosialisasi terkait Litearsi Digital, Hoax dan Pendidikan, sedangkan siswa-siswi mengikuti lilin Inspirasi di luar kelas berkaitan dengan game yang menggunakan komponen computational thinking (CT Unplugged). Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Desamind Indonesia dalam pelaksanaan kegiatannya. Selain itu, pembuatan pojok literasi yang diletakan pada ruang perpustakaan telah dilaksanakan pada hari Jumat, 7 April 2023 dan berisi materi terkait antisipasi hoax dan literasi digital. 

Kegiatan Sosisalisasi di dalam kelas yang dilaksanakan tanggal 8 April 2023 dibuka oleh Kepala Sekolah, Bapak Sukarso, S.Pd., M.Pd. Kepala Sekolah sangat mengapresiasi dan membuka kolaborasi yang kuat kepada Pendidikan Teknik Informatika UMS untuk terus berkegiatan di wilayahnya. Selanjutnya, 120 peserta yang hadir di dalam ruang kelas dibersamai oleh Hardika Dwi Hermawan, S.Pd, M.Sc selaku pembicara pertama yang memberikan materi terkait Literasi Digital dan Pentingnya Pendidikan. 

Hardika memaparkan berbagai perkembangan teknologi informasi dan mengapa literasi digital menjadi aspek penting, serta upaya dalam mengatasi HOAX. Pemateri kedua oleh Ibu Norma Nida Jayanti, S.Pd, yang merupakan Guru BK SMA Negeri 2 Purbalingga yang membahas terkait pola asuh anak di Era Digital. 

Kegiatan sosialisasi berlangsung lancer, tepat waktu dan penuh antusiasi. Orang tua siswa dan guru aktif bertanya terkait materi yang telah dipaparkan. Beberapa orang tua siswa bahkan terharu dan mengeluarkan air mata setelah menyadari bahwa era digital ini berkembang begitu pesat dan dia harus mendukung anaknya juga untuk terus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, materi yang berkaitan dengan cerdas digital juga menjadi materi yang penting diketahui para peserta untuk membantu menangkal pemberiatan hoax yang berdar di masyarakat. Ibu Norma juga menjelaskan terkait dengan ciri-ciri perkembangan masa kanak-kanak akhir, perkembangan fisik, moral,  serta emosi seperti apa yang umum terjadi pada masa kanak-kanak terakhir. Selain itu pelaksanaan Lilin Inspirasi yang bekerjasama dengan volunteer dari Desamind Indonesia dan Desamind Chapter Purbalingga membersamai siswa dengan permainan permainan edukasi.

Guru SD Negeri 2 Cipaku, Dosen PTI UMS, Narasumber, Mahasiswa PTI UMS, dan Desamind Indonesia

Agroedutourism, Pengalaman Berwisata dan Belajar Bersama di Kampung Lele Boyolali

By Artikel, Ensiklopedia DesaNo Comments

(18/2) Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali merupakan desa yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan terkenal sebagai pusat budidaya ikan lele Boyolali. Pengunjung dapat berwisata sekaligus belajar tentang budidaya ikan lele, mulai dari proses pembibitan lele, pemberian pakan lele, dan proses panen ikan lele. Bahkan, jika datang pada waktu panen lele, pengunjung juga dapat mengikuti proses panen secara langsung.

Kampung budidaya lele Desa Tegalrejo dikelola oleh dua kelompok petani, yaitu Kelompok Bangun Mina Sejahtera dan Kelompok Karya Mina Utama. Setiap bulannya, pembudidaya dapat melakukan panen lele sebanyak 600 ton dengan harga jual rata-rata Rp17.500-17.900/kilogram dengan area pemasaran Solo dan Yogyakarta.

Kampung lele adalah sebutan untuk Desa Tegalrejo karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai pembudidaya lele. Awal mula kampung lele diprakarsai oleh tiga orang petani Desa Tegalrejo yaitu Sugiarno, Sugiardi, dan Darsino pada tahun 1990 bermula dari pekarangan rumah yang dijadikan sebagai usaha pembesaran budidaya lele. Usaha lele digunakan sebagai usaha sampingan dari usaha pokok bercocok tanam padi dan palawija. Masyarakat Desa Tegalrejo menganggap usaha pembesaran budidaya lele tidak menguntungkan dan berisiko tinggi, tetapi Sugiarno, Sugiardi dan Darsino tetap menjalankan dan lebih berusaha untuk mengembangkan.

Tahun 1993 masyarakat Tegalrejo mulai mengikuti jejak Sugiarno, Sugiardi dan Darsino untuk membudidayakan lele. Berkembangnya usaha pembesaran lele maka terbentuklah kelompok usaha budidaya lele yang berjumlah 16 orang dan kelompok tersebut bernama Bangkit Bangun Kelompok Ikan Tegalrejo.

Tahun 1998, usaha semakin berkembang, semakin luas kolam usaha budidaya lele dan jumlah anggota kelompok semakin banyak yang bergabung yaitu berjumlah 70 orang. Bertambahnya jumlah anggota kelompok, Darsino membuat struktur kelembagaan agar terkoordinir dengan baik. Darsino dan anggota masyarakat yang lain mengubah nama kelompok menjadi Karya Mina Utama, dimana karya berarti bekerja, mina berarti ikan dan utama adalah pokok.

Keberhasilan ketiga orang tani tersebut menciptakan minat besar masyarakat di Desa Tegalreo untuk menggeluti usaha budidaya lele tersebut. Budidaya pembesaran lele dianggap lebih menguntungkan untuk mencukupi kebutuhan hidup jika dibandingkan dengan bercocok tanam.

Dikutip dari saluran YouTube Jagat Renjana (31/12/2022), Sriyono yang merupakan Ketua Kelompok Bangun Mina Sejahtera menegaskan hal tersebut sudah terjadi sejak lama. “Awalnya hanya mencoba, dibuat kolam untuk pagar agar padi tidak dimakan ayam. Tapi ketika dilihat hasilnya lebih banyak dan terjamin dari budidaya ikan lele, terus akhirnya ada lagi yang mengembangkan. Dan kini sudah hampir tak ada petani padi karena semua telah beralih menjadi petani lele.” tutur Sriyono.

Sebagai salah satu produk budidaya, produksi lele di Desa Tegalrejo tidak hanya dijual dalam bentuk ikan segar saja. Pengunjung juga dapat menikmati hasil olahan ikan lele, seperti keripik sirip lele, keripik daging lele, abon lele, dan rambak lele. Biasanya, pengunjung akan membeli olahan ikan lele tersebut untuk dibawa pulang atau oleh-oleh. Hasil olahan ikan lele tersebut saat ini telah merambah hingga ke luar daerah Boyolali seperti Batam, Semarang, dan Kalimantan.

Akses untuk menuju ke Kampung Lele Boyolali ini juga sangat mudah, hanya berjarak sekitar 20 km dari pusat Kota Boyolali. Jika masih bingung, pengunjung bisa bertanya kepada masyarakat sekitar lokasi Desa Tegalrejo, Mangkubumen. Sebagian besar penduduk Boyolali pasti dapat menunjukkan rute ke tempat budidaya ikan lele terbesar tersebut.

Penulis: Khoirudin Nur Wahid

Editor: Syifa Adiba, Putri Aulia Pasa dan Muhammad Ertam Hidayat

Melihat Potensi Desa melalui Komoditas Tanaman Sawi di Kampung Cipetir, Desa Sukamaju

By Artikel, Ensiklopedia DesaNo Comments

Menurut Firman Hidranto (2021) dalam tulisannya di Portal Informasi Indonesia*, pertanian merupakan sektor terbesar yang berpengaruh bagi kehidupan warga negara Indonesia. Sebagai negara agraris, banyak sekali warga negara yang berprofesi sebagai petani. Hal ini juga disebutkan oleh Kepala Badan Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto yang mengimplikasikan bahwa terdapat setidaknya 30% tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor pertanian.

Salah satu wilayah yang menggantungkan kehidupan perekonomiannya melalui pertanian adalah Kampung Cipetir, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Kampung Cipetir merupakan kampung yang berjarak sekitar 9,1 km dari Kota Sukabumi. Dengan lokasi yang tidak jauh dari pusat kota, kampung ini memiliki akses transportasi umum berupa angkot. Memiliki ketinggian kurang lebih 700 dpl, sehingga banyak warganya berprofesi sebagai petani sayuran, diantaranya tanaman sayuran sawi dan daun bawang.

Komoditas utama yang menjadi tumpuan utama di kampung ini adalah tanaman sawi. Tanaman sawi menjadi komoditas utama di Kampung Cipetir karena sawi merupakan komoditas sayuran yang masuk kedalam jenis tanaman sayuran jangka pendek, dimana sayuran dapat dipanen dengan waktu yang relatif singkat dan permodalan tanaman yang dikatakan cukup efisien. Berdasarakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia**, pada tahun 2021 provinsi Jawa Barat menjadi provinsi pemasok tanaman sayuran sawi terbesar di Indonesia, yakni sebesar 188.944,00 ton, dari total sawi di Indonesia sebesar 727 467,00 ton.

Sedangkan untuk hasil panen sayuran sawi menurut Bapak Pepen Supendi sebagai petani dan pengepul sayuran sawi mengatakan, satu petak kebun sekitar 600 m rata-rata di Kampung Cipetir biasanya menghasilkan panen sawi sekitar 700 kg sampai 1 ton per panennya.

Para Petani Sawi sedang memanen sawi di Kampung Cipetir

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bapak Pepen Supendi terhadap tanaman sayuran sawi di Kampung Cipetir, diperlukan waktu selama satu bulan mulai dari menanam bibit sawi sampai tanaman siap panen. Apabila ditanam mulai dari bibit sawi sampai tahap pembibitan dan berlanjut sampai pada masa panen, diperlukan waktu kurang lebih satu bulan 20 hari.

Sementara itu, hasil dari panen sawi biasanya dialokasilkan ke luar daerah, seperti Jakarta dan Kota Bogor atau daerah sekitarnya melalui pengepul yang ada di kampung, atau biasanya warga menjualnya ke pasar terdekat, seperti Pasar Cisaat misalnya. Selain dijual ke pengepul, sawi juga dikonsumsi pribadi atau dijual kepada warga yang sudah memesan sebelumnya. Biasanya, sawi digunakan sebagai campuran makanan bakso, mie ayam atau masakan lainnya.

Uniknya kembang sawi berwarna kuning yang masih muda pada sayuran Sawi dimasak oleh warga di Kampung Cipetir karena memiliki cita rasa yang enak dan manis.

Informasi dari konsumen sawi yaitu sawi di Kabupaten Sukabumi, salah satunya Desa Cipetir memiliki ciri khas rasa yang terbilang lebih manis dan gurih dibandingkan dengan sawi yang terdapat di daerah lainnya.

Hasil panen sawi biasanya dibandrol dengan harga Rp 2.000/kg. Namun, apabila harga sawi sedang murah, sawi bisa hanya berharga Rp 200/kg. Hal ini tergantung dengan kebutuhan pesanan dan keadaan pasar saat itu. Apabila bulan Ramadhan, harga sawi bisa mencapai pada harga Rp 5.000/kg, pasalnya kenaikan ini disebabkan karena mengikuti kenaikan harga barang-barang komoditas lainnya.

Maka dapat diketahui bahwa Kampung Cipetir merupakan kontributor tanaman sayuran sawi, yang memiliki kualitas baik dengan ciri khas rasa yang tidak didapati pada sawi yang lainnya, sebagai distributor sayuran sawi unggulan serta memiliki pengelolaan pertanian yang efisien dan ekonomis bagi warga yang ada di kampung Cipetir, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.

Penulis: Arief Rahman Husein
Editor: Syifa Adiba dan Putri Aulia Pasa

Kisah Inspirasi Imelta, Peraih Beasiswa Desamind 2.0 asal Gunungkidul

By Artikel, Beasiswa DesamindNo Comments

(14/02) GUNUNGKIDUL – Imelta Indriyani Alfiah atau Imel merupakan peraih Beasiswa Desamind 2.0 yang berkuliah di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Pemudi berusia 21 tahun ini merupakan mahasiswa jurusan Psikologi yang suka bercerita, mocopatan dan geguritan atau nembang dan berpuisi dalam Bahasa Jawa. 

Selain berkuliah, Imel juga aktif menjadi volunter pengajar pendidikan keaksaraan fungsional untuk lansia buta aksara dan Kesetaraan paket A, B dan C (setara SD, SMP, dan SMA) di PKBM Handayani Gunungkidul sejak 2017 hingga 2023. Semangatnya dalam volunteer dan peningkatan kapasitas diri akhirnya mempertemukannya dengan Beasiswa Desamind 2.0.

Pertama kali tahu informasi tentang beasiswa desamind adalah dari tetangga yang berbagi pengalaman mengikuti seleksi beasiswa desamind angkatan pertama kemudian masuk final 16 besar. Dari situlah saya termotivasi untuk mendaftarkan diri di periode berikutnya dan mencari informasi yang lebih detail.

Informasi tentang Beasiswa Desamind 2.0 pula yang mengawali perjalanan Imel untuk tahu dan kenal dengan Desamind. Imel pun akhirnya berkesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan Desamind Leadership Camp 2.0 yang mempertemukannya dengan awardee Beasiswa Desamind lainnya. Perjalanannya pun tidak berhenti sampai di situ. Imel pun juga berhasil menjadi salah satu inisiator terbentuknya Desamind Chapter Gunungkidul.

Saung Lentera Nglegi, projek yang menghantarkan Imel pada Beasiswa Desamind 2.0. Saung Lentera Nglegi merupakan salah satu wujud pelaksanaan program pengabdian masyarakat  di bidang peningkatan literasi yang dilaksanakan oleh Imel sebagai Awardee Beasiswa Desamind di Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul bersama dengan Karang Taruna Nglegi, mitra utama dalam berkegiatan. 

Bentuk kegiatan dari program pengabdian masyarakat ini yaitu dengan membentuk forum anak Nglegi yang tergabung dalam “Saung Lentera Nglegi”. Program dari Saung Lentera Nglegi mengajak anak-anak untuk belajar literasi baca-tulis, numerasi, sains, digital, budaya dan finansial dengan menggandeng mitra utama, Karang Taruna Desa Nglegi sebagai kader penggerak literasi. 

Saung Lentera Nglegi berhasil mengadakan agenda fun learning, latihan budidaya tanaman, serta bijak mengelola plastik untuk menarik minat warga masyarakat. Tidak hanya itu, Saung Lentera Nglegi juga mengadakan berbagai perlombaan, mulai dari lomba bercerita hingga bermain dolanan anak. Hal ini dilaksanakan agar anak-anak memilki lebih banyak variasi kegiatan dan mengurangi kebosanan.

Tidak hanya bergerak dengan sumber daya manusia di desa, Saung Lentera Nglegi juga berkolaborasi dengan beberapa komunitas/lembaga untuk mendukung peningkatan kualitas pengurus dan peserta. Beberapa komunitas/lembaga yang telah bekerja sama dengan Saung Lentera Nglegi, meliputi:1. PKBM Handayani; 2. Karang Taruna Wahana Kartika Muda Nglegi; 3. Dinas Pendidikan Gunungkidul; 4. Dinas Pemuda dan Olahraga Gunungkidul; 5. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gunungkidul; 6. Kelompok Tani Ngudi Mulyo Nglegi; 7. Kelompok desa prima sejahtera Nglegi; 8. Yayasan pendidikan integral satu bumi Bali binaan danone; 9. Balai Bahasa Yogyakarta; 10. Komunitas sahabat pulau chapter Yogyakarta; 11. Forum Mahasiswa Gedangsari (FORMASI); 12. Pemkal Nglegi dan 13. Puskesmas Patuk II.

Output yang dicapai dari program ini adalah peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat Nglegi, termasuk budaya literasi, numerasi, sains, digital, dan finansial anak-anak Desa Nglegi; semakin luas gerak pemanfaatan ilmu teknologi serta pengembangan masyarakat dan potensi daerah; terbentuknya kader penggerak literasi anak Desa Nglegi. 

Proses keberlanjutan kegiatan ini berfokus pada perbaikan kelemahan-kelemahan yang ada berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi. Sehingga, program yang dijalankan tidak hanya berjalan selama periode Beasiswa Desamind yang berlangsung selama satu tahun saja. AKan tetapi, juga berkelanjutan dan memiliki jangkuan yang lebih luas.

Saat ini, Program Saung Lentera Nglegi sudah berjalan rutin setiap bulannya. Apalagi, dengan keberadaan kader penggerak literasi yang memberikan inovasi dalam berkegiatan sehingga tidak terkesan monoton. Hal ini membuat anggota menjadi lebih antusias untuk mengikuti kegiatan. Sebagai salah satu awardee, Imel juga memaparkan bahwasannya dia sangat merasakan manfaat yang besar dan berdampak dari kegiatan mentoring Beasiswa Desamind 2.0. 

Program mentoring beasiswa ini bertujuan untuk membimbing awardee menjadi pribadi yang memiliki pemikiran luas, terobosan yang bagus, jiwa kepemimpinan yang tinggi, dan kolaboratif. Selain itu, mentoring Beasiswa Desamind juga melatih awardee untuk mengembangkan potensi desa dan mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya manusia yang ada, sebagai bentuk pengupayaan kebermanfaatan untuk desa dengan timeline yang tertata. Evaluasi dari setiap program yang sudah dijalankan maupun yang tidak berjalan juga berdampak positif. Awardee diarahkan untuk bisa menemukan solusi dari permasalahan kegiatan yang dilaksanakan.

Imel berharap, teman-teman yang akan berjuang di Beasiswa Desamind 3.0 untuk senantiasa semangat. Bagi Imel, “Tak ada sesuatu yang instan. Orang sukses perlu sebuah proses. Lakukan dan tunjukkan yang terbaik karena hasil tidak akan mengingkari proses. Indonesia memiliki banyak anak muda yang mampu mendorong lahirnya local heros bagi pengembangan desa yang berkompetensi global. Jadilah salah satunya karena sesuatu yang besar diawali dari hal kecil dan hal-hal terdekat kita”.

Penulis: Putri Aulia Pasa

Asa di Desa Gandis, Saksi Perjuangan Anak Buruh Sawit Gapai Pendidikan

By ArtikelNo Comments

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

”Bunyi Pasal 28E Ayat 1 UUD 1945 di atas membuktikan dengan jelas bahwa pendidikan merupakan sebuah hak yang wajib didapatkan oleh semua warga negara tanpa terkecuali. Namun, tidak bisa dipungkiri permasalahan pendidikan selalu menjadi isu pelik di negeri ini.

Berdiam diri menyalahkan keadaan tentu bukan sebuah pemecahan solusi. Jika ditelisik lebih dalam, pendidikan bukan sekedar urusan pemerintah maupun guru belaka, namun urusan kita bersama.

Mengamati sejenak dan mengambil hal positif dari isu-isu yang ada bisa menjadi langkah awal menuju sebuah perubahan. Salah satunya bisa melihat dari perjuangan pendidikan anak buruh sawit di SD 015 Best Agro yang terletak di Desa Gandis, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.

SD swasta di bawah naungan perusahaan kelapa sawit Best Agro International ini secara keseluruhan diisi siswa dari anak buruh sawit yang mengadu nasib merantau dari desa-desa di luar Pulau Kalimantan. Secara data, 65% dari Jawa, 10% dari Kalimantan dan 25% kumpulan dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dengan total siswa mencapai 157. Tidak heran jika dalam satu kelas berisikan siswa berasal dari Banjarnegara, Wonosobo, Cilacap, Jombang, Kupang, Bima dan wilayah lainnya.

Perjuangan mereka untuk mendapatkan akses pendidikan terasa berkali-kali lipat lebih sulit dibandingkan kita yang berada di daerah dengan akses dan fasilitas yang tercukupi. Walaupun sudah ada fasilitas transportasi berupa bus penjemputan yang disediakan perusahaan, jarak jauh dan jalan hutan sawit penuh lumpur sering kali menjadi penghambat menuju sekolah. Sejak pukul 5 pagi, mereka harus siap untuk dijemput. Jadi, bukan sesuatu yang aneh jika banyak ditemui siswa dengan muka kusam dan belum mandi, bahkan tidak sempat cuci muka, masih memakai pakaian bebas, dan tergesa-gesa serta salah memakai seragam karena listrik sudah padam. Aliran listrik sendiri hanya ada di jam 6 sore hingga 10 malam.

Hal yang juga sering dijumpai adalah ketika sekolah sepi karena mereka tidak masuk. Bukan karena malas, melainkan hujan membuat jalanan tidak bisa dilalui atau secara tiba-tiba bus mogok. Akses menuju sekolah memang hanya bisa mereka tempuh dengan mengandalkan jemputan. Membutuhkan waktu yang lama jika berjalan kaki karena dengan bus saja, waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam. Tidak mungkin juga diantarkan sepeda motor. Orangtua mereka dari pagi sampai sore sudah meninggalkan rumah untuk bekerja mengurus sawit. Pembelajaran model jarak jauh pun tidak menjadi solusi. Lokasi di tengah hutan sawit seperti ini keberadaan sinyal internet sangat minim sekali.

Melihat kondisi tersebut, semangat mereka dalam mendapatkan pendidikan tidak pudar. Bahkan dijadikan penyemangat untuk selalu berusaha menggapai impian. Prestasi-prestasi yang diperoleh tidak kalah dengan SD yang lain, bahkan lebih unggul. Seringkali mereka memenangkan perlombaan di kecamatan dan mewakili lomba di tingkat kabupaten bahkan pernah ada yang sampai ke tingkat nasional.

Problematika yang dihadapi oleh anak-anak buruh sawit membuktikan bahwa di mana pun keberadaannya, pendidikan merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan. Tanah rantau yang serba terbatas tidak menjadi sebuah hambatan bahkan dijadikan motivasi untuk melampaui batas.

Penulis: Ahmad Zamzami

Editor: Putri Aulia Pasa, Syifa Adiba dan Muhammad Ertam Hidayat