
DESAMIND.ID – Asmat, 10 Maret 2025. Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Asia-Oseania (PPIDK Asia-Oseania) bersama Desamind Indonesia Foundation menggelar kegiatan inspiratif bertajuk Lentera Asa Papua dengan tema “Merajut Harapan Asmat dengan Pendidikan Tinggi” di SMA Agama Katolik Seminari Yohanes Penginjil Asmat, Papua Selatan pada (10/03). Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari kolaborasi strategis para pelajar diaspora Indonesia di luar negeri dengan masyarakat akar rumput, khususnya untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), seperti Kabupaten Asmat.
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 08:00 hingga 12:00 WIT ini diselenggarakan secara hybrid, turut mengundang narasumber dari berbagai negara untuk berbagi wawasan dan pengalaman mereka. Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Kepala Desamind Asmat, Kepala Sekolah SMA Seminari Yohanes Penginjil, Ketua PPI Asia-Oceania, serta President Director Desamind Foundation. Kehadiran mereka menandai komitmen bersama dalam membangun jembatan harapan melalui pendidikan tinggi, terutama bagi anak-anak muda di Papua Selatan yang selama ini menghadapi keterbatasan akses informasi dan sumber daya pendidikan.
Pada sesi utama, peserta diajak untuk menyelami pentingnya pendidikan tinggi sebagai kunci pembangunan individu dan daerah. Dr. Widaningsih, SH., M.Si, yang merupakan akademisi dan Kepala Bagian Kerja Sama dari salah satu institusi pendidikan tinggi, memaparkan urgensi pendidikan tinggi serta berbagai peluang beasiswa pemerintah dan universitas yang dapat diakses oleh putra-putri Asmat. Melalui penjelasan yang membumi dan penuh semangat, beliau mendorong peserta untuk membayangkan masa depan mereka melampaui batas-batas geografis yang selama ini membatasi potensi mereka.

Kisah inspiratif juga datang dari Dina Madelin Woisiri, S.Par. secara luring, penerima Beasiswa LPDP yang berasal dari Asmat. Ia membagikan kisah perjuangannya dalam meraih beasiswa prestisius tersebut, serta memberikan tips dan strategi praktis agar siswa Asmat percaya diri melangkah menuju pendidikan tinggi. Kehadiran Dina memberikan bukti nyata bahwa keberhasilan akademik bukanlah monopoli mereka yang tinggal di kota besar, melainkan hak dan peluang yang setara bagi siapa pun yang berani bermimpi dan bekerja keras.
Selanjutnya, dua narasumber muda yang tengah menempuh pendidikan internasional, yakni Sakinah Hilya Abida, S.Biotek., M.Sc, mahasiswa doktoral di University of Science and Technology Korea Selatan, dan Odeta Mutia Adlina, mahasiswa sarjana di Tokyo International University, Jepang, turut membagikan pengalaman mereka dalam meraih beasiswa dan menyesuaikan diri dengan lingkungan akademik global. Mereka tidak hanya memberikan informasi tentang peluang beasiswa, tetapi juga mengangkat pentingnya soft skills, jejaring internasional, dan semangat pantang menyerah dalam mengejar cita-cita.
Kegiatan ini memberikan ruang dialog dua arah yang mempertemukan dunia pemuda Papua dengan perspektif global dari pelajar diaspora. Para peserta dari kelas X hingga XII terlihat antusias, bahkan beberapa menyatakan secara langsung ketertarikan mereka untuk melanjutkan studi ke luar Papua, baik di dalam negeri maupun ke mancanegara.

Lentera Asa Papua Batch 1 bukan sekadar acara formal, melainkan gerakan kolektif untuk menyalakan cahaya harapan baru di tengah keterbatasan. PPIDK Asia-Oseania dan Desamind Indonesia Foundation meyakini bahwa pendidikan adalah hak fundamental setiap anak bangsa. Dengan membuka akses terhadap informasi, pengalaman, dan jejaring pelajar global, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi titik awal perubahan yang berdampak panjang bagi masa depan generasi Asmat.
Melalui kegiatan ini, semangat gotong royong, kolaborasi, dan pemberdayaan semakin dikuatkan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Lentera Asa Papua akan terus hadir sebagai program berkelanjutan yang mendorong transformasi sosial melalui pendidikan, budaya, dan partisipasi aktif pelajar Indonesia di seluruh penjuru dunia. Dalam waktu mendatang, diharapkan lebih banyak inisiatif serupa menjangkau wilayah-wilayah lain yang memerlukan perhatian khusus dalam hal akses pendidikan.
Penulis: Kintan Nur Romadhona