Skip to main content

Apa yang dipikirkan pertama kali ketika mendengar Suku Anak Dalam? Tentunya banyak sekali perspektif dari berbagai sudut pandang. Jadi, Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam / Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Mayoritas dari mereka hidup di Provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang. 

Sumber: Tribun Jambi Travel

Penyebutan ini digeneralisasi oleh dua kelompok masyarakat yaitu Orang Rimba dan Suku Batin Sembilan. Kata Kubu berasal kata ngubu atau ngubun dari bahasa Melayu yang berarti bersembunyi di dalam hutan. Orang sekitar menyebut suku ini sebagai “Suku Kubu”. Namun, dari mereka sendiri tidak ada yang menyebut diri dan kelompok mereka sebagai Suku Kubu. Oleh karena itu, panggilan ini kurang disukai karena bermakna seperti menghina. 

Sebaran Orang Rimba di Jambi berada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) dimana kawasan tersebut masih sangat terkenal dengan banyaknya hewan, salah satunya gajah Sumatera. Orang rimba juga dapat ditemukan di hutan-hutan sekunder dan perkebunan kelapa sawit sepanjang jalan lintas Sumatera hingga ke batas Sumatera Selatan.

Mereka melakukan Berburu dan Meramu yang nantinya hasilnya akan digunakan untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Banyak sekali senjata yang digunakan seperti parang, kampak, pisau dan lainnya. 

Walaupun banyak yang dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya, Anak Dalam Batin Sembilan yang tinggal menetap di daerah Sumatra Selatan terutama daerah Rawas Rupit dan Musi Lakitan masih banyak suku Anak Dalam yang menggantungkan hidup di persawitan, bahkan ada yang ‘mencuri’ hasil perusahaan sawit sekitar. Mereka seperti itu karena memegang prinsip dasar “apa yang tumbuh dalam adalah milik mereka Bersama”. 

Sumber: Travelink Indonesia

Kepercayaan yang dianut oleh suku kubu atau suku anak dalam adalah Animisme atau kepercayaan kepada agama jaman dahulu. Kebiasaan yang sering dilakukan adalah tidak lain kurang lebih berburu, karena mereka juga tidak mempunyai kegiatan lain selain kegiatan inti ini. Adat istiadat yang biasanya dilakukan adalah Bebalai, tari tektok, tari elang dan sesandingon. 

Saat ini banyak sekali orang kubu yang juga sudah mempunyai banyak tanah yang berisi kebun, memiliki rumah sendiri, namun tetap mereka tidur di hutan. Disana juga banyak suku anak dalam yang dinikahi oleh warga sekitar dan menjadi masyarakat biasa. 

Banyak Mitos yang juga masih banyak dipercayai oleh warga sekitar Ketika bertemu dengan Suku Anak Dalam, misalnya ketika kita bertemu atau berpapasan tidak sengaja di jalan dan kita membuang ludah sembarangan, dengan otomatis masyarakat tersebut masuk ke dalam suku anak dalam. Hal tersebut mungkin dianggap menghina walaupun itu tidak disengaja.

Penulis : Yuni Setya Ningsih

Editor : Putri Aulia Pasa dan Sanita Sitinjak

Leave a Reply