Jawa Tengah, 26 Februari 2022 – Desamind Indonesia bersama dengan Biro Bebras Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sukses meluncurkan kelas lilin Inspirasi. Kelas Lilin Inspirasi ini hadir untuk mengajarkan anak-anak lebih berani bermimpi, serta memberikan motivasi merealisasikan mimpi yang telah dimiliki. Kegiatan ini diisi dengan pengenalan profesi, ice breaking, langit impian, serta game/outbound yang mengimplementasikan dasar-dasar berpikir komputasi (computational thinking).
Dalam sesi pengenalan profesi, terdapat pemaparan profesi-profesi saat ini melalui power point. Setelahnya, ice breaking kemudian dilanjut dengan game/outbound. Game yang dipilih pada kegiatan ini dipusatkan untuk dapat mengimplementasikan cara berpikir menyelesaikan suatu masalah (computational thinking) seperti membuat barisan, jalur mimpi Desamind, bola lidi, tebak gambar, dan gerak pendeteksi.
Kelas Lilin Inspirasi sampai saat ini telah dilaksanakan sebanyak 6 kali dengan lokasi yang berbeda-beda. Pada kegiatan Kelas Inspirasi #1 terlaksana pada Sabtu, 26 Februari 2022 di SMP Muhammadiyah 11 Kedawung, Sragen dengan tema “Bangun Mimpi Anak Negeri”. Bersama dengan Kak Nanda, Kak Laila, Kak Wahid, Kak Zami, Kak Rahmat, Kak Mus’ab dan Kak Dewi.
Selanjutnya Kelas Insprasi #2 dengan tema “Aku Berani Bermimpi” bertempat di SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen pada Sabtu, 5 Maret 2022 lalu. Sama seperti kegiatan kelas inspirasi sebelumnya, kegiatan ini juga dibersamai oleh Kak Nanda, Kak Wahid, Kak Zami, Kak Rahmat, Kak Dewi, Kak Vivin, dan Kak Amal dalam pelaksanaannya.
Pada kegiatan Lilin Inspirasi #3 yang dibersamai oleh Kak Wahid, Kak Zami, Kak Rahmat, Kak Dewi, Kak Elly, Kak Vivin, Kak Thoriq, dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tangen 12 Maret 2022 lalu. Kegiatan ketiga ini mengangkat tema “Cerdas, Semangat, Meraih Mimpi”.
Berlanjut pada Lilin Inspirasi #4 SMA Negeri 2 Sragen yang mengangkat tema “Menggapai Mimpi, Berkontribusi Untuk Negeri” dan dibersamai oleh Kak Zami, Kak Rahmat, Kak Amal, Kak Luthfi, Kak Ertam, dan Kak Zidni pada Kamis, 17 Maret 2022 lalu. Lilin Inspirasi #5 hanya berjarak 1 hari dari kegiatan lilin inspirasi sebelumnya, yaitu pada Jumat, 18 Maret 2022. Pada kegiatan ini tema yang diusungkan juga sama dengan sebelumnya, hanya saja lokasi pelaksanaannya berbeda. Lilin Inspirasi #5 dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sragen.
Lilin Inspirasi #6 dilaksanakan di bagian Timur Indonesia, tepatnya di Lombok Timur dengan mengusung tema yaitu, “Menggapai Mimpi dari Desa” serta dibersamai oleh kak Zami, Kak Rahmat, Kak Bayu dan Kak Syifa dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan dalam setiap sesi kelas inspirasi diisi oleh seluruh anggota Desamind Indonesia, baik yang berasal dari Executive of Desamind maupun Chapter Desamind.
Gunungkidul (27/03) – Sekelompok pemuda asal Gunungkidul yang tergabung dalam Desamind Chapter Gunungkidul melaksanakan kegiatan Launching Desamind dan Mind Talk yang diselenggarakan Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY sebagai desa mitra. Kegiatan ini mengambil tema mengenai pemuda cerminan desa.
Solo (14/02) – Desamind turut serta dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemenpora Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda pada 14 – 18 Februari 2022 lalu. Kegiatan ini mengambil tema Pelatihan Peningkatan Karakter Pemuda Dalam Era Digital dan diselenggarakan di Hotel Novotel, Solo, Jawa Tengah.
Penyelenggaraan pelatihan ini ditujukan untuk membentuk karakter masyarakat terkhususnya pemuda yang beretika dalam berinteraksi di dunia maya. Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Faisal Abdullah, dalam sambutannya menyampaikan harapan agar kegiatan pelatihan ini dapat membentuk karakter pemuda yang terampil dalam bidang digital dan berkarakter positif sebagai agen perubahan, kontrol sosial, dan influencer bagi pemuda dan masyarakat Indonesia lainnya.
Acara ini dihadiri oleh 50 peserta perwakilan pemuda dari berbagai unsur seperti pemuda difabel, mahasiswa, komunitas Pemuda, Pemuda binaan Kemenpora/Dispora serta pegawai/ASN/Dispora, salah satunya yaitu perwakilan dari Desamind.
Selama lima hari pelaksanaan, kegiatan pelatihan ini diisi oleh berbagai materi mengenai keterampilan digital. Melihat kondisi anak muda zaman sekarang, Perwakilan Wali Kota Surakarta, Joni Hari Sumantri mengatakan bahwa industri kreatif berbasis konten digital telah menjadi sektor yang paling produktif di masa pandemi sekarang ini.
Putri Aulia Pasa, Vice Director of Public Relations, sebagai perwakilan dari Desamind juga menyampaikan bahwasannya kegiatan kepemudaan seperti ini dapat menumbuhkan keterampilan digital, meningkatkan rasa empati dan kolaboratif, dan menumbuhkan pemuda yang bisa memimpin, kreatif, produktif, bisa menghasilkan konten digital dan memberi arti dan manfaat terhadap sekitarnya. Harapannya Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora dapat membuat pelatihan kepemudaan di daerah lainnya secara continue dengan mempertimbangkan urgensi dan kebutuhan.
Desamind yang merupakan organisasi non-profit dalam pelaksanaan visi misinya juga menyertakan pemuda-pemuda desa untuk memajukan desa yang berpendidikan dan melek peradaban. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi Desamind dalam peningkatan karakter pemuda yang melek teknologi, kreatif, menginspirasi dan memiliki tekad untuk memajukan negeri.
Karanganyar, 11-13 Februari 2022 – Desamind Indonesia Foundation sukses menyelenggarakan acara Desamind Leadership Camp 2.0 yang berlangsung selama 3 hari 2 malam secara offline di Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 45 peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Siapa yang tidak tahu Film karya Buya Hamka yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”? Sepertinya film ini cukup dikenal oleh orang Indonesia. Pada tahun perilisannya di 2013, film ini menjadi fenomena di kalangan masyarakat. Banyak sekali masyarakat dari kalangan pemuda-pemudi yang menggemari film bernuansa etnik tersebut.
Penulis sendiri, saat film ini dirilis, langsung menjadi bahan perbincangan di kalangan teman-teman sekolah. Tidak sedikit orang yang memparodikan adegan romantis dan iconic dari film ini. Adapun proses pembuatan film ini tidaklah instan. Latar tempat perekaman scene epik dalam film ini dilakukan di berbagai tempat di Indonesia. Sebut saja, Padang, Surabaya, Lombok dan Jakarta.
Kali ini penulis akan mengulas salah satu daerah yang menjadi tempat syuting film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” yaitu di Batipuh. Jika kalian ingat adegan ketika tokoh Zainuddin menuntut ilmu di sebuah surau (masjid), nah surau tersebut adalah Surau Lubuak Bauk yang terletak di Jorong Lubuak Bauk, Nagari Batipuah Baruah, Kecamatan Batipuah, Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
Ada sebuah tradisi yang masih dipertahankan oleh penduduk Nagari Batipuah/Batipuh sampai sekarang, yaitu Bakayu dan Mangampiang. Bakayu dan Mangampiang adalah tradisi kematian suku Minangkabau. Kegiatan ini dilakukan sehari pasca seseorang meninggal dunia.
Bakayu adalah tradisi yang biasa dilakukan oleh pelayat laki-laki yang tidak bergelar Datuak. Para pelayat laki-laki ini akan menuju hutan untuk mencari kayu dengan membawa kapak masing-masing. Ini bertujuan untuk meringankan pekerjaan tuan rumah. Kayu-kayu yang didapatkan lalu diapiang (dibelah) di depan rumah duka. Nantinya, kayu-kayu tersebut digunakan untuk memasak hidangan memperingati tiga hari, tujuh hari, hingga empat puluh hari kematian.
Adapun mangampiang adalah tradisi yang dilakukan oleh pelayat perempuan. Waktu mangampiang dilakukan bersamaan dengan bakayu. Ibu-ibu akan datang ke rumah duka sambil membawa beras. Seperti bakayu, tujuan membawa beras oleh ibu-ibu ialah untuk meringankan tuan rumah yang sedang berduka dan sebagai tanda belasungkawa. Selanjutnya ibu-ibu akan menumbuk beras ampiang menggunakan lesung secara bersama-sama yang nantinya beras ini akan diberikan kepada anak-anak sekitar untuk dimakan oleh mereka.
Jika ada yang bertanya, apa itu beras ampiang. Sepertinya cukup menggerakkan jari di pencarian Google, kalian akan mendapatkan jawabannya. Tetapi, penulis akan berbaik hati memberi tahu. Menurut tulisan pada laman Kompas.com, ampiang adalah beras ketan yang ditumbuk pipih. Ampiang merupakan makanan khas rumahan penduduk Batipuh Baruah, Kecamatan Batipuh, Tanah Datar, khususnya daerah Jorong Ladang Laweh dan sekitarnya.
Kembali kepada tradisi Bakayu dan Mangampiang, seiring perkembangan zaman dan teknologi, tradisi ini hampir tidak lagi digunakan. Mengingat sekarang masyarakat memasak tidak lagi menggunakan kayu melainkan kompor gas. Oleh karena itu, bakayu hanya dapat dilakukan di beberapa rumah duka yang masih memasak menggunakan kayu. Sedangkan di beberapa daerah, bakayu digantikan dengan para pelayat laki-laki duduk di atas terpal yang digelar oleh tuan rumah.
Selain dua tradisi di atas, ada tradisi bernama manyiriah rokok (memberikan rokok) kepada ahli waris oleh para pelayat. Kegiatan ini sebelumnya adalah akhir dari prosesi bakayu. Namun karena bakayu sudah jarang dilakukan, maka manyiriah rokok sudah cukup mewakili tradisi bakayu dan mangampiang.
Kampung-kampung tematik yang indah tersebar di beberapa sudut Kota Malang kini telah menjadi wajah baru bagi kota yang kerap dijuluki sebagai kota bunga itu. Masing-masing kampung wisata memiliki keunikan dan daya tariknya tersendiri, disesuaikan dengan potensi masyarakat yang ada di sana. Pembangunan kampung wisata tidak hanya semata-mata dilaksanakan untuk mendongkrak jumlah wisatawan saja, tetapi juga dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan kompetensi masyarakat.
Minggu, 2 Januari 2022 – Desamind Indonesia Foundation sukses menyelenggarakan acara Monitoring & Evaluasi (Monev) dan Wisuda Awardee Beasiswa Desamind 1.0 secara daring. Acara ini menandakan berakhirnya pemberian beasiswa kepada para awardee beasiswa yang telah diseleksi oleh para juri pada 30 November 2020 lalu.
Acara ini dihadiri oleh seluruh Awardee Beasiswa Desamind 1.0, mentor awardee merangkap juri, Awardee Beasiswa Desamind 2.0, dan divisi Program Development sebagai panitia acara. Acara ini diawali dengan pembukaan oleh MC, Fiki Nila dari divisi Program Development dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lalu dilanjutkan dengan sambutan oleh Hardika Dwi Hermawan, M.Sc(ITE) selaku President Director Desamind Indonesia Foundation.
“Sumber daya terbesar yang dimiliki Indonesia bukan Sumber Daya Alamnya, tetapi Sumber Daya Manusianya itu sendiri. Kalau Sumber Daya Alamnya bagus, tapi Sumber Daya Manusianya tidak diolah dengan bagus, bisa jadi kita hanya merusak lingkungan. Harapannya, pengalaman yang didapatkan di lapangan akan menjadi momen berharga untuk diingat bahwa ada anak-anak yang menunggu saya untuk kembali ke Indonesia dan mengabdi”, ujar Kak Dika
Kak Dika menutup sambutan dengan sebuah quote“Jika kita tidak bisa menjadi jalan raya, cukup menjadi jalan setapak yang dapat dilalui oleh orang. Jika kita tidak bisa menjadi matahari, cukup menjadi lentera yang dapat menyinari sekitar. Jika kita tidak dapat menjadi obor di Jakarta, cukup dengan menjadi lilin-lilin di desa yang bisa menerangi lebih dari 70 ribu desa”.
Sambutan kedua oleh Evi Lestari, B.Ed selaku trustee (pembina) dari Yayasan Desamind Indonesia Foundation. “Harapannya, nilai-nilai kebermanfaatan yang terlahir melalui program yang sudah terlaksana ini terus mengalir dan berlanjut meskipun nanti sudah wisuda dan selesai.”
Mba Evi mengakhiri sambutannya dengan memberikan pesan bahwa tidak cukup untuk menjadi baik dan sukses, tetapi perlu ada usaha, kepedulian, semangat mengambil peran, dan peka terhadap sekitar sehingga kita dapat membawa jejak-jejak kebaikan di muka bumi. Setelah sambutan, dilanjut dengan penyampaian hasil monev awardee beasiswa Desamind 1.0 yang diurutkan berdasarkan undian. Setiap awardee diberikan waktu 15 menit untuk mempresentasikan program dan tanya jawab.
Presentasi pertama disampaikan oleh Emi Triani yang dimentori oleh Lailati Rohmah dengan Program Baladesa.id. Program ini bertujuan untuk merevitalisasi komponen penggerak desa, mengajak pemuda bagaimana caranya berkontribusi di desanya masing-masing dengan memberikan edukasi mengenai desa. Beberapa programnya antara lain membentuk sekolah desa dan karang taruna, projek sosial (omah dhewe) sebagai tempat literasi dan pengembangan anak-anak desa. Program ini dilaksanakan di desa Bantengan, Karanggede, Boyolali. Selengkapnya bisa dilihat di Instagram @baladesa_id.
Bagas Primandaru yang dimentori oleh Evi Lestari menyampaikan hasil monev program Bumi Trikarso: Dari Desa Untuk Indonesia. Program dari Bumi Trikarso yaitu memanfaatkan lahan Desa Trikarso, Kec. Sruweng, Kebumen yang masih kosong dengan menanam tumbuhan yang bernilai jual, seperti lidah buaya yang dapat diolah menjadi keripik dan minuman lidah buaya. Info selengkapnya bisa dilihat di Instagram @bumi_trikarso.
Selanjutnya, presentasi disampaikan oleh awardee ketiga yaitu Aan Munandar yang dimentori oleh Zakky Muhammad Noor dengan program Lingkar Dahan. Berangkat dari masalah banyaknya dijumpai sampah organik ranting dan kayu di Desa Sendangsari, Sleman, Yogyakarta. Aan berinisiatif untuk mengolah sampah tersebut menjadi produk layak jual, salah satunya jam dinding kayu yang diberi nama “Divine Timepiece”. Info lengkapnya bisa dilihat di Instagram @lingkar.dahan.
Awardee keempat yang menyampaikan program adalah Aulia Syifa Ardiati yang dimentori oleh Dita Puji Rahayu dengan program Kianmembumi.id. Berangkat dari masalah pencemaran udara dan penurunan pendapatan karena COVID-19, Syifa merancang program pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Adipala, Kabupaten Cilacap. Produk yang dihasilkan berupa penanaman kangkung, pemberdayaan kebun KWT, pembuatan abon lele, pembuatan pupuk kompos, dan lain sebagainya. Info selengkapnya dapat dilihat di Instagram @kianmembumi.id.
Terakhir Alfiana Eka Priyanika yang dimentori oleh Hardika Dwi Hermawan menyampaikan monev program Menyapa Lereng Merapi. Program ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat guna meningkatkan kualitas pendidikan di Dukuh Gilir Pasang dan Dukuh Ngringin, Desa Tegalmulyo, Kec. Kemalang, Kab. Klaten. Program dari Menyapa Lereng Merapi ini antara lain Waste scholarship, rumah belajar lentera, dan mentorship. Info mengenai program ini dapat dilihat di Instagram @menyapa.lerengmerapi.
Setelah awardee menyampaikan hasil monev dan ditanggapi oleh juri, acara selanjutnya yaitu Wisuda Awardee Beasiswa Desamind 1.0. Wisuda dilakukan simbolis dengan penyerahan sertifikat kepada para awardee dan para mentor disertai sepatah kata dari mereka.
Penyerahan sertifikat diawali oleh Aan Munandar dengan mentor Zakky Muhammad Noor, Alfiana Eka dengan mentor Hardika Dwi Hermawan, Aulia Syifa dengan mentor Dita Puji Rahayu, Bagas Primandaru dengan mentor Evi Lestari, dan terakhir Emi Triani dengan mentor Lailati Rohmah. Acara selanjutnya yaitu pembacaan surat keputusan mengenai penetapan kelulusan Awardee Beasiswa Desamind 1.0 dan diakhiri dengan penutup dan sesi foto bersama.
Yulia Susanti, selaku PIC Program Beasiswa Desamind 1.0 ini berharap semoga para alumni Beasiswa Desamind 1.0 dapat memberikan dampak dan kebermanfaatan di setiap pijakan bumi. Desamind, Ingat Bangsa Ingat Desa!
Penulis : Kamilya Anjani Putri Editor : Hardika Dwi Hermawan dan Putri Aulia Pasa
Jakarta Intercultural School (JIS) berkomitmen dalam meningkatkan minat baca dan literasi dengan program donasi buku. Setiap tahunnya, JIS menyalurkan buku-buku donasi dari MS Library kepada sekolah-sekolah. Namun, untuk pertama kalinya JIS menyalurkan kepada NGO, yaitu Desamind Indonesia Foundation. Terdapat 12 box buku dengan jumlah total buku kurang lebih sebanyak 720 buku, yang meliputi buku fiksi dan non-fiksi. Tema buku yang diberikan juga bervariasi, ada test preparation (TOEFL, SAT), Ilmu Pengetahuan Umum (antariksa, sejarah, atlas, dll), novel berbagai genre, latihan soal, buku pelajaran tingkat SMP/SMA, dan sebagainya.
Desamind sukses menyelenggarakan kegiatan Mind-talk 3.0 untuk ketiga kalinya di bawah naungan Divisi Program Development Desamind. Mindtalk 3.0 ini mengusung dan mengambil tema “Bali ndeso mbangun ndeso”. Desamind berharap akan lahir banyak pemuda/i yang tergerak, bergerak memberikan sumbangsih dan pengabdian terbaiknya untuk daerahnya.