Skip to main content
Category

Artikel

Junjung Tinggi Pendidikan Sampai ke Hilir, Lilin Inspirasi Hadir di Kalimantan Tengah

By Artikel, Pemberdayaan Kepemudaan, Press Release

Kotawaringin Barat, 30 Juni 2023 – Desamind percaya, bahwa pendidikan merupakan hak dasar anak-anak di seluruh Indonesia, termasuk mereka yang berasal dari pelosok negeri. Kurangnya faktor pendukung seperti lingkungan, akses, fasilitas dan kesadaran orang tua acap kali menjadi sebab dari rendahnya motivasi anak untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Melihat hal tersebut, Desamind menghadirkan Lilin Inspirasi untuk membersamai 310 orang siswa, wali murid, dan guru di SDS 015 Best Agro dan TK Marundo Jaya di Desa Gandis, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kegiatan Lilin Inspirasi diselenggarakan pada hari Rabu (28/06) dan Jumat (30/06) dengan memanfaatkan momentum pembagian rapor akhir tahun. Ahmad Zamzami selaku Associate of Chapter Division dari Desamind Indonesia, dibantu oleh para guru, sukses melaksanakan kegiatan yang diadakan selama dua hari tersebut.

Ahmad Zamzami bersama siswi SDS 015 Best Argo

Hari pertama kegiatan Lilin Inspirasi diisi dengan rangkaian acara seperti “Gerakan Cerdas, Semangat Meraih Mimpi”, disambung dengan kegiatan “Kelas Mendongeng” dan ditutup dengan kegiatan “Outbound Semarak Akhir Tahun”. Ketiga kegiatan ini diperuntukkan bagi siswa SD dan TK.

Foto bersama kegiatan Outbound Semarak Akhir Tahun

Pada hari kedua kegiatan Lilin Inspirasi, tim Desamind melibatkan para wali murid pada agenda “Gerakan Peduli Lingkungan” dan “Outbound Semarak Akhir Semester”. Di Desa Gandis, bukan hal mudah untuk mengajak orang tua hadir ke sekolah. Pasalnya, kebanyakan dari mereka belum sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak. Contoh kecilnya, ketika pembagian rapor seringkali wali murid tidak datang ke sekolah. Demi mensukseskan acara, Zamzami melakukan berbagai pendekatan kepada wali murid. Mulai dari menyebarkan info kegiatan dari jauh-jauh hari hingga membagikan undangan spesial.

Foto bersama guru, siswa dan wali murid

Setelah rangkaian acara, anak-anak bercerita kepada orang tua masing-masing betapa senangnya mereka mengikuti kegiatan Lilin Inspirasi. Orang tua pun menyampaikan kepada Zamzami, “Pak, saya akan dukung anak saya sesuai cita-cita yang dia tuliskan tadi di rangkaian acara”.

Siswa siswi menulis impiannya saat mengikuti kegiatan Lilin Inspirasi

Turut sertanya siswa, wali murid dan guru menjadi bukti bahwa Lilin Inspirasi hadir bukan hanya untuk memberikan motivasi kepada satu pihak. Melainkan semua pihak untuk ikut andil dalam menciptakan semangat pendidikan. Ahmad Zamzami berharap, melalui kegiatan ini semangat anak-anak di Desa Gandis semakin membara dalam menempuh pendidikan. Masyarakat juga diharapkan semakin sadar bahwa pendidikan itu penting dan harus diperjuangkan, terlepas dari segala keterbatasan yang ada di setiap sudut negeri. Desamind, Ingat Bangsa! Ingat Desa!

Penulis: Nadia Rana Nabila

Editor: Syifa Adiba dan Putri Aulia Pasa

Dedikasi dari Kota untuk Desa, Kisah Mas Tani Farm Seorang Inisiator Pertanian di Desa Siraman, Gunungkidul

By Artikel, Ensiklopedia Desa, Pemberdayaan Kepemudaan

Desamind.id – Mas Tani Farm panggilan yang begitu familiar di kalangan masyarakat desa Siraman, merupakan panggilan dari Fahid Nurarrosyid. Beliau merupakan seorang anak muda dari Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki dedikasi tinggi pada bidang pertanian.

Kisah Fahid dimulai pada tahun 2018, ia menyelesaikan studinya pada jenjang SMK, setelah menyelesaikan pendidikannya Fahid memutuskan untuk merantau sebagai seorang pekerja di PT. Denso Indonesia dengan posisi sebagai Quality Control di kota Bekasi. Selama masa bekerja, Fahid merasakan kegelisahan karena faktor internal yang menyebabkan ia memikirkan kondisi pertanian yang kurang dalam manajemen dan pemasaran pertanian di desanya, ia juga merasakan kejenuhan karena kondisi yang jauh dari orang tua di perantauan.

Fahid merasa sudah cukup bekerja sebagai pegawai pada perusahaan di kota, dengan berbekal ilmu dan pengalaman yang didapatkannya dalam bidang Industri diharapkan nantinya mampu untuk bisa memberi kemanfaatan dalam memberikan dedikasi untuk desanya. Faktor eksternal juga mempengaruhi perasaan Fahid. Banyaknya pemuda di desanya yang merantau ke kota, kurangnya inisiator yang menjadi penggerak di desanya.

Merasa gelisah melihat permasalahan pertanian serta kondisi orang tua di desa. Fahid akhirnya memutuskan untuk resign dari pekerjaannya, setelah sebelumnya bekerja di kota dalam rentang waktu satu tahun.

Keputusan Fahid untuk kembali ke desa tidak berbuah sia-sia. Dalam usahanya memajukan pertanian di desanya, Fahid memikirkan ide untuk dapat merealisasikan harapannya sebagai orang yang peduli terhadap kondisi desa. Ia berinisiatif untuk memberdayakan pertanian yang ada di desanya, dengan melihat potensi besar dalam segi lahan, dan juga sumber daya alam yang terdapat di desanya.

Meskipun Fahid belum memiliki pengetahuan yang luas tentang pertanian, ia berusaha terus mempelajari ilmu dan juga praktek pertanian dengan melakukannya sendiri secara otodidak dan bertanya kepada akademisi yang ahli dalam bidang pertanian. Namun, walau sudah berusaha keras untuk menggagas pertaniaan ini, Fahid masih perlu dorongan yang lebih besar untuk merealisasikannya. Hal ini disebabkan karena sedikitnya orang yang berminat untuk terjun dalam memajukan pertaniaan di desanya.

Melihat kekurangan yang ada, tak membuat Fahid berhenti untuk mewujudkan mimpi besarnya. Fahid terus berusaha mengembangkan pertanian dengan merangkul para pemuda di desanya serta para akademisi dalam untuk saling bahu-membahu dan berkolaborasi dengan suatu lembaga atau komunitas di bidang pertaniaan. Hingga terbentuklah sinergi yang mempunyai andil besar dalam kemajuan pertanian di Desa Siraman.

Melalui terjalinnya sinergi yang terbentuk tersebut, hasilnya mampu memberikan pemberdayaan berupa ilmu dan praktek kepada para anggotanya dimulai dari basic tentang pertanian dalam merealisasikan kegiatan pertanian di desanya. Diawali dengan menanam sayur, yang kemudian hasil panennya dibagikan ke tetangganya hingga sampai tahap penjualan sayuran secara meluas dari hasil panen tanamannya.

Melihat hasil panen tanaman yang didapatkan dari pertaniannya. Fahid bersama rekan-rekannya menanam tanaman melon, sebelum mereka menanam tambahan tanaman yang lainnya. Dari tanaman melon inilah masyarakat mengenal Fahid secara familiar dan menyebutnya dengan sebutan “Mas Tani”.

Dari proses panjang pemberdayaan pertanian yang dijalankan Fahid sebagai petani. Fahid juga merasakan kendala selama memperjuangkan konsistensinya bagi pertaniaan di desanya. Kendala yang dirasakannya meliputi: kendala mental, tekanan dari lingkungan sekitar, industrialisasi yang kurang terkoordinir, dan kendala lainnya.

Permasalahan yang dihadapi selama berdedikasi sebagai seorang petani muda tak membuat Fahid lengah. Hal tersebut membuktikan peran nyatanya sebagai seorang petani yang mampu berprestasi. Fahid berkesempatan mendapatkan penghargaan pada Pekan Nasional (PENNAS) bidang pertanian hari Sabtu (15/06/2023) dalam bidang pertanian dengan karyanya Sistem Pertanian Creative Farming “Budidaya Hortikultura berkelanjutan dan Ramah Lingkungan” dari tanaman melon, yang diberikan dalam PENNAS di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Dengan adanya prestasi yang didapatkan Fahid dan perjalannya dalam memajukan pertanian di desanya, harapannya dapat memotivasi para generasi muda untuk selalu peduli terhadap pertanian di desa. Selain itu, generasi muda mampu menjadi Agent of Change dan memberikan dampak yang luas bagi lingkungan masyarakat di desa.

Penulis: Arief Rahman Husein

Editor: Syifa Adiba dan Putri Aulia Pasa

Raih Impian Bersama Muda Bestari, Proyek Awardee Beasiswa Desamind 2.0

By Artikel, Beasiswa Desamind, Program Unggulan Desamind

Beasiswa Desamind merupakan program dari Desamind Indonesia yang bertujuan untuk mempersiapkan pemuda Indonesia agar dapat berkontribusi secara langsung di masyarakat melalui proyek sosial. Salah satu proyek nyata dari awardee beasiswa Desamind 2.0, Muda Bestari yang merupakan besutan dari Nazwa Khoerunnisa. Wanita yang menjadi founder Muda Bestari ini berasal dari Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Jawa Barat. Menurut penuturan Nazwa, proyek yang hingga saat ini masih berjalan akan menjadi pengabdian seumur hidupnya. Muda Bestari berfokus pada 3 program utama, yaitu bimbingan belajar, kakak asuh, dan jelajah sekolah.

Bimbingan belajar berfokus pada pendampingan belajar murid SDN Barengkok 02 yang merupakan mitra sekolah dari Muda Bestari. Pembentukan program ini dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat ketertinggalan siswa dalam proses belajar dikarenakan pandemi covid-19. Harapannya, Muda Bestari dapat membantu mengejar ketertinggalan para murid dengan memberikan pendampingan belajar.

Belajar bersama murid SDN Barengkok 02

Program kedua, yakni kakak asuh. Program ini merupakan program yang berfokus pada mentoring murid. Tujuannya yaitu untuk mengetahui secara komprehensif kendala yang dialami oleh masing-masing murid. Disinilah peran seorang kakak asuh, yaitu membimbing 3 adik asuh yang merupakan murid siswa MTS Yanfa’ul Ilmi dalam mengatasi kendala saat proses belajar di sekolah.

Program mentoring murid

Program ketiga yaitu jelajah sekolah yang dilaksanakan sebulan sekali. Program ini bertujuan mengundang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor untuk dapat memberikan informasi secara menyeluruh tentang sekolah mereka. Secara keseluruhan terdapat 3 sekolah yang telah melakukan jelajah sekolah di SDN Barengkok 02 selama bulan Maret, April, dan Mei 2023. Sekolah tersebut yaitu SMP Negeri I Leuwiliang, SMP Muhammadiyah Barengkok, SMPS Bina Cendekia.

Hingga kini, program-program di Muda Bestari masih terus berlanjut. Bahkan, di tahun kedua ini telah terbentuk tim founder Muda Bestari dengan susunan organisasi yang lebih rapi dan program menarik dengan permasalahan lebih spesifik. “Saat ini pun aku tidak sendiri mendirikan Muda Bestari. Ada 4 mahasiswa lainnya yang peduli akan pendidikan di desa dan akhirnya kami jadi tim founder Muda Bestari.” ujar Nazwa.

Kegiatan opening Muda Bestari

Nazwa juga mengatakan bahwa rencana strategi jangka pendek, menengah, dan panjang telah disusun dengan rampung oleh tim founder. Harapannya seiring berjalannya waktu Muda Bestari dapat menjadi sekolah di masa depan. Demi memperlancar setiap proyek yang dilaksanakan oleh awardee, Desamind secara langsung melakukan pendampingan kepada para penerima beasiswa. Pendamping berupa mentoring dari profesional yang kompeten dan ahli pada bidangnya.

Sebagai awardee Beasiswa Desamind 2.0, Nazwa juga mendapatkan kelas mentoring bersama mentor Desamind yaitu Lily Suherlina dari Scholarship Division. Nazwa mengaku selama dibimbing oleh mentor dirinya sangat nyaman dan mendapatkan pemahaman lebih dalam terkait akar masalah yang terjadi di desa serta solusi tepat untuk memecahkannya.

“Mba Lily punya selera humor yang sefrekuensi sama aku jadi seru banget. Dia juga sosok yang kritis, tapi pembawaannya tetap asik jadi aku gak pernah merasa tertekan kalau sedang berdiskusi bersama,” ungkapnya.

Nazwa mengaku dirinya bukan orang yang memiliki target jangka panjang, maka dari itu untuk 5 tahun ke depan ia belum memikirkan apa saja yang hendak diraihnya. Hanya saja Nazwa berharapan dapat menjadi perempuan yang baik seperti namanya, Khoerunnisa.

Penulis: Sanita Sitinjak

Perkuat Peran Computational Thinking dan CS Unplugged di Daerah 3T, Tim Babar Kalesang (PLN Peduli x Desamind) Laksanakan ToT

By Artikel, Berita Terkini

Surakarta, 7 Juni 2023 – Berpikir komputational merupakan salah satu teknik pemecahan masalah yang sangat luas wilayah penerapannya, bukan hanya untuk menyelesaikan masalah seputar ilmu komputer saja, melainkan juga untuk menyelesaikan berbagai masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Computational thinking memiliki peran yang sangat penting bagi pelajar di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia. Berikut adalah beberapa peran penting dari computational thinking bagi pelajar di daerah 3T:

  1. Problem Solving: Computational thinking melibatkan pemecahan masalah yang sistematis dan logis. Dalam daerah 3T, pelajar sering dihadapkan pada tantangan yang unik dan kompleks. Dengan menggunakan konsep dan prinsip computational thinking, mereka dapat belajar untuk mengidentifikasi masalah, menganalisisnya, dan menemukan solusi yang efektif.
  2. Kreativitas dan Inovasi: Dalam kondisi yang terbatas, pelajar di daerah 3T sering kali perlu mengandalkan sumber daya yang ada untuk menciptakan solusi baru. Computational thinking membantu mereka untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk mengatasi hambatan dan mencapai tujuan mereka.
  3. Peningkatan Literasi Digital: Melalui pengajaran computational thinking, pelajar di daerah 3T dapat meningkatkan literasi digital mereka. Mereka akan belajar tentang konsep dasar pemrograman, algoritma, analisis data, dan pemecahan masalah melalui teknologi. Hal ini membantu mereka menjadi lebih terampil dalam menggunakan teknologi, memahami cara kerjanya, dan mengoptimalkan manfaatnya.
  4. Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi: Dengan pemahaman computational thinking, pelajar di daerah 3T dapat mengembangkan keterampilan yang relevan dengan industri teknologi. Mereka dapat belajar tentang pengembangan aplikasi sederhana, pengolahan data, atau desain web, yang dapat membuka peluang kerja dan pemberdayaan ekonomi di komunitas mereka. Selain itu, mereka juga dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan akses ke layanan pendidikan, kesehatan, dan informasi di daerah yang terpencil.
  5. Pengembangan Soft Skills: Computational thinking tidak hanya melibatkan aspek teknis, tetapi juga mengajarkan berbagai soft skills yang penting. Pelajar di daerah 3T dapat mengembangkan kemampuan kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, komunikasi, dan pemikiran kritis melalui pembelajaran computational thinking. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga dalam dunia yang didorong oleh teknologi dan dapat membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Penerapan computational thinking dalam pendidikan di daerah 3T dapat membantu mengatasi kesenjangan teknologi dan memberikan peluang yang setara bagi pelajar di seluruh Indonesia. Ini juga membantu mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengoptimalkan potensi mereka dalam menghadapi perubahan teknologi yang cepat.

Untuk mendukung penguatan tim yang akan terjun ke Pulau-Pulau Babar, tujuh orang yang terlibat pada Projek Babar Kalesang melaksanakan Training of Trainners (ToT) Computational Thinking (CT) dan CT/CS Unplugged. Kegiatan dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 23 Mei 2023 dan 7 Juni 2023 di Meeting Room Jalan Slamet Riyadi, Surakarta dan Ruang Diskusi Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital UMS. Kegiatan ToT dipantik oleh Irma Yuliana, S.T., M.M., M.Eng dan Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc.ITE untuk memberi penguatan tentang CT dan CS Unplugged.

Kegiatan ToT pertama pada tanggal 28 mei 2023 berfokus pada Penguatan CT, pelatihan perangkat Makey-Makey dan Pembuatan Power Bank Tenaga Surya sedangkan kegiatan pada 7 Juni 2023 digunakan sebagai kelanjutan penguatan projek STEM dan instalasi Power Bank Tenaga Surya. ToT berlangsung intensif selama 6 jam dimulai pada pukul 15.30 WIB hingga 21.30 WIB. 

Hardika Dwi Hermawan, ketua projek mengungkapkan bahwa peran Computational Thinking di daerah 3T ini sangat signifikan namun masih sedikit ahli yang mencoba menerapkannya. Kolaborasi bersama PLN Maluku menjadi jalan penting untuk membuka jalan anak-anak daerah 3T mengejar mimpi dan mengembangkan kapasitasnya.

Desamind GKR Hayu

Meet The Leader bersama GKR Hayu, Desa di Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Local Heroes

By Artikel, Berita Terkini

Yogyakarta, 10 Juni 2023 – Desamind Indonesia melalui program Desamind Leadership Camp (DLC) 3.0 menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk mencetak local heroes yang berasal dari desa. Kegiatan DLC dilaksanakan di SCC UII pada hari Jumat-Minggu, 9-11 Juni 2023.

Salah satu kegiatan di DLC adalah Meet The Leader. Pada kesempatan ini, salah satu pembicara yang mengisi materi Meet The Leader adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu. GKR Hayu adalah putri ke-4 dari Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

GKR Hayu membawakan materi yang bertajuk “We Need Local Heroes”. Pada kesempatan ini GKR Hayu didampingi moderator Sevia Anggraeni (Secretariat and Finance Division) dan MC Arief Rahman Husein (Public Relation Division). GKR Hayu menyampaikan materi tentang Leadership yang diawali dengan penjelasan mengenai 5 tingkatan dalam kepemimpinan.

Tingkatan pertama adalah individu yang sangat mampu. Tingkatan kedua adalah berkontribusi kepada anggota tim. Tingkatan ketiga adalah pemimpin yang berkompeten. Lalu, tahapan ke empat adalah pemimpin yang efektif. Terakhir, pada tahap kelima yaitu pemimpin yang berperan sebagai eksekutif. 

Pada saat menyampaikan materinya, GKR Hayu juga turut memasukan unsur nilai yang ada di keraton dan Budaya Jawa sebagai contoh pada tiap tingkatan kepemimpinan. Sebagai contoh, pada tingkatan pertama GKR Hayu menjelaskan mengenai watak ksatria, yaitu nyawiji, greget, sengguh lan ora mingkuh

Pada tingkatan kedua, GKR Hayu menjelaskan kaitannya dengan semboyan Ki Hajar Dewantara yang sudah sangat terkenal, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Terakhir pada tingkatan kelima, GKR Hayu mengaitkan tingkatan pemimpin yang eksekutif dengan kalimat yang dipegang teguh semenjak Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono 1 yaitu Manunggaling Kawula Gusti.

Sebelum menutup sesi materi, GKR Hayu menyampaikan mengenai peran kepemimpinan perempuan yang dapat dimulai oleh siapa pun dan di mana pun. Menurut beliau, peran pemimpin perempuan tidak kalah dengan kepemimpinan laki-laki jika ditinjau dari berbagai aspek. GKR Hayu juga turut menekankan perlunya dukungan yang dilakukan laki-laki dalam mewujudkan kesetaraan gender dalam lingkungannya (Er).

Author : Muhammad Ertam Hidayat

Awardee Beasiswa Desamind 2.0, Imelta Indriyani Alfiah Berhasil Meraih Penghargan Inisiator Bidang Pendidikan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

By Artikel, Beasiswa Desamind, Pemberdayaan Kepemudaan, Press Release, Program Unggulan Desamind

Senin, 15 Mei 2023 — Imelta Indriyani Alfiah awardee Beasiswa Desamind 2.0 berhasil meraih penghargaan pada ajang pemilihan Perempuan Inisiator oleh Bupati Gunungkidul. Pemberian penghargaan pada peringatan Hari Kartini ini bertempat di Pendopo Dinas Kebudayaan Gudungkidul dan dihadiri langsung oleh Bapak H. Sunaryanta selaku Bupati, sang istri yang merupakan ketua TP PKK Gunungkidul dan tamu undangan lain yang berkisar sebanyak 200 orang.

Acara dibuka dengan penampilan orkestra, pembacaan UUD sekaligus biografi Raden Ajeng Kartini. Tidak sampai disitu, terdapat pula sambutan, pemberian penghargaan kepada perempuan inisiator dan ditutup dengan acara menari bersama.

Pemilihan perempuan inisiator merupakan ajang penghargaan oleh pihak pemerintah Kabupaten Gudungkidul, diberikan kepada tokoh-tokoh daerah karena telah melakukan inovasi untuk menghapuskan kesenjangan gender pada tingkat akar rumput. Perjuangan, dedikasi dan inovasi para tokoh menjadi bukti nyata upaya untuk menghapuskan ketidakadilan serta ketimpangan dalam berbagai bidang. Maka dari itu, pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas sumbangsih para tokoh.

Imelta Indriyani Alfiah memberikan inovasi dengan mendirikan komunitas Saung Lentera Nglegi dengan tujuan agar dapat mengoptimalisasi potensi anak-anak usia dini melalui peningkatan minat baca. Selain Imelta, terdapat lima perempuan hebat lainnya yang juga menerima penghargaan perempuan inisiator tahun 2023, mereka adalah Puji Lestari inisiator bidang sosial, Tutut Dewantiwi inisiator bidang perekonomian, Sifra Chintia Mella Aprila inisiator bidang kesehatan, Susmiyati inisiator dalam bidang kebudayaan serta Ermina Kristiani Susanti lurah inisiator pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Pemberian penghargaan kepada Imelta Indiryani sebagai Perempuan Inisiator Bidang Pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada hari Senin, 15 Mei 2023.

Sebagai salah satu penerima penghargaan Perempuan Inisiator, Imelta memiliki harapan untuk bisa terus berjuang lebih masif dan giat lagi dalam memajukan pendidikan Indonesia. Ia juga berharap semoga kedepannya dapat memantik semangat juang teman-teman lain. Ikhlas dan semangat menjalankan kegiatan adalah salah satu kunci untuk membuka pintu peluang dan pengalaman yang tidak terhingga.

Imelta Indriyani Alfiah juga mengatakan bahwa, “Hari kartini sebagai sebuah peringatan untuk kaum perempuan agar terus bersinar, percaya diri dan pantang menyerah dengan jalannya masing-masing. Karena sejatinya emansipasi wanita berarti melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai wanita sesuai dengan panggilannya dengan sepenuh hati”, ujarnya ketika dihubungi via Whatsapp pada Senin (15/5).

Penulis: Sanita Sitinjak

Editor: Syifa Adiba dan Putri Aulia Pasa

Penakluk Lebah, Awardee Beasiswa Desamind 2.0, Yudiatna Dwi Sahreza Gebrak Potensi Desa dengan Project WTC

By Artikel, Pemberdayaan Kepemudaan, Press Release

Yudiatna Dwi Sahreza atau sapaan akrabnya Yudi. Yudi adalah seorang mahasiswa di Universitas Mataram yang sadar akan peran penting dan tanggung jawab sebagai agent of change dan mengikuti berbagai macam organisasi adalah salah satu bentuk prosesnya. Yudi berasal dari desa terpencil membuatnya ingin mengabdi dan memajukan desa.

Niat mulia ini terjawab salah satunya dengan menjadi awardee Beasiswa Desamind 2.0 bersama 4 pemuda hebat lainnya. Pemanfaatan kesempatan dan kemampuannya yang mempertemukannya dengan informasi beasiswa yang diinformasikan melalui kanal informasi Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa (UKPKM) MEDIA UNRAM.

Projek Wanasaba Trigona Center (WTC) yang menghantarkannya menuju gerbang Beasiswa Desamind 2.0. Projek WTC ini didasari dengan keresahan Yudiatna, melihat potensi alam di desa tidak dimaksimalkan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Pada proses pelaksanaan pengabdian ke masyarakat, Yudi dan timnya melakukan kegiatan sosialisasi dan pelatihan budidaya lebah trigona kepada masyarakat khususnya kelompok pemuda yang ada di desa. Melihat kapasitas diri, maka penting untuk kolaborasi dengan seluruh pihak dan menggandeng pemerintah desa untuk mendukung WTC ini.

Kolaborasi WTC dengan pemerintah desa

Kolaborasi yang sudah kami lakukan yaitu bekerja sama dengan teknisi perlebahan NTB, Karang Taruna Desa, dan Akademisi Dosen Fakultas Peternakan. Sehingga output yang sudah kami capai adalah terbentuknya WTC, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang budidaya lebah trigona, lolos pendanaan kewirausahaan unram, terciptanya produk lebah madu trigona sebagai produk Desa Wanasaba Lauk dan lain sebagainya.

Produk Lebah Madu Trigona

Kedepannya Yudi berharap WTC dapat menjadi tempat penelitian mahasiswa maupun doesn dan memaksimalkan produk lain dari lebah trigona seperti Pemanfaatan ekstrak propolis untuk kencantikan, pengobatan dan lain lain.

Harapan saya untuk pejuang beasiswa desamind 3.0 adalah tancapkan niat baik dari awal untuk menjadi pioneer penggerak desa agar lebih maju dan melek peradaban.

Penulis: Putri Aulia Pasa dan Yudiatna Dwi Sahreza

Dorong Literasi Digital Masyarakat Desa dan Tumbuhkan Semangat Pendidikan Lanjut melalui Sosialisasi dan Pembuatan Pojok Literasi Digital di SD N 2 Cipaku

By Artikel, Berita Terkini, Pemberdayaan Kepemudaan, Press Release

Desa Cipaku, Purbalingga – Desamind Indonesia dan Desamind Chapter Purbalingga menjadi community partner dalam pelaksanaan Pengabdian yang dilakukan oleh Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu, 7 dan 8 April 2023 bertempat di SD Negeri 2 Cipaku, Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah. Kegiatan dihadiri oleh 12 orang guru, 60 orang wali siswa, serta siswa kelas 3, 4, 5, dan 6 dengan total peserta 135 siswa.

Kegiatan berlangsung secara parallel dimana ruang kelas digunakan sebagai tempat pelaksanakaan Sosialisasi terkait Litearsi Digital, Hoax dan Pendidikan, sedangkan siswa-siswi mengikuti lilin Inspirasi di luar kelas berkaitan dengan game yang menggunakan komponen computational thinking (CT Unplugged). Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Desamind Indonesia dalam pelaksanaan kegiatannya. Selain itu, pembuatan pojok literasi yang diletakan pada ruang perpustakaan telah dilaksanakan pada hari Jumat, 7 April 2023 dan berisi materi terkait antisipasi hoax dan literasi digital. 

Kegiatan Sosisalisasi di dalam kelas yang dilaksanakan tanggal 8 April 2023 dibuka oleh Kepala Sekolah, Bapak Sukarso, S.Pd., M.Pd. Kepala Sekolah sangat mengapresiasi dan membuka kolaborasi yang kuat kepada Pendidikan Teknik Informatika UMS untuk terus berkegiatan di wilayahnya. Selanjutnya, 120 peserta yang hadir di dalam ruang kelas dibersamai oleh Hardika Dwi Hermawan, S.Pd, M.Sc selaku pembicara pertama yang memberikan materi terkait Literasi Digital dan Pentingnya Pendidikan. 

Hardika memaparkan berbagai perkembangan teknologi informasi dan mengapa literasi digital menjadi aspek penting, serta upaya dalam mengatasi HOAX. Pemateri kedua oleh Ibu Norma Nida Jayanti, S.Pd, yang merupakan Guru BK SMA Negeri 2 Purbalingga yang membahas terkait pola asuh anak di Era Digital. 

Kegiatan sosialisasi berlangsung lancer, tepat waktu dan penuh antusiasi. Orang tua siswa dan guru aktif bertanya terkait materi yang telah dipaparkan. Beberapa orang tua siswa bahkan terharu dan mengeluarkan air mata setelah menyadari bahwa era digital ini berkembang begitu pesat dan dia harus mendukung anaknya juga untuk terus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, materi yang berkaitan dengan cerdas digital juga menjadi materi yang penting diketahui para peserta untuk membantu menangkal pemberiatan hoax yang berdar di masyarakat. Ibu Norma juga menjelaskan terkait dengan ciri-ciri perkembangan masa kanak-kanak akhir, perkembangan fisik, moral,  serta emosi seperti apa yang umum terjadi pada masa kanak-kanak terakhir. Selain itu pelaksanaan Lilin Inspirasi yang bekerjasama dengan volunteer dari Desamind Indonesia dan Desamind Chapter Purbalingga membersamai siswa dengan permainan permainan edukasi.

Guru SD Negeri 2 Cipaku, Dosen PTI UMS, Narasumber, Mahasiswa PTI UMS, dan Desamind Indonesia

Agroedutourism, Pengalaman Berwisata dan Belajar Bersama di Kampung Lele Boyolali

By Artikel, Ensiklopedia Desa

(18/2) Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali merupakan desa yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan terkenal sebagai pusat budidaya ikan lele Boyolali. Pengunjung dapat berwisata sekaligus belajar tentang budidaya ikan lele, mulai dari proses pembibitan lele, pemberian pakan lele, dan proses panen ikan lele. Bahkan, jika datang pada waktu panen lele, pengunjung juga dapat mengikuti proses panen secara langsung.

Kampung budidaya lele Desa Tegalrejo dikelola oleh dua kelompok petani, yaitu Kelompok Bangun Mina Sejahtera dan Kelompok Karya Mina Utama. Setiap bulannya, pembudidaya dapat melakukan panen lele sebanyak 600 ton dengan harga jual rata-rata Rp17.500-17.900/kilogram dengan area pemasaran Solo dan Yogyakarta.

Kampung lele adalah sebutan untuk Desa Tegalrejo karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai pembudidaya lele. Awal mula kampung lele diprakarsai oleh tiga orang petani Desa Tegalrejo yaitu Sugiarno, Sugiardi, dan Darsino pada tahun 1990 bermula dari pekarangan rumah yang dijadikan sebagai usaha pembesaran budidaya lele. Usaha lele digunakan sebagai usaha sampingan dari usaha pokok bercocok tanam padi dan palawija. Masyarakat Desa Tegalrejo menganggap usaha pembesaran budidaya lele tidak menguntungkan dan berisiko tinggi, tetapi Sugiarno, Sugiardi dan Darsino tetap menjalankan dan lebih berusaha untuk mengembangkan.

Tahun 1993 masyarakat Tegalrejo mulai mengikuti jejak Sugiarno, Sugiardi dan Darsino untuk membudidayakan lele. Berkembangnya usaha pembesaran lele maka terbentuklah kelompok usaha budidaya lele yang berjumlah 16 orang dan kelompok tersebut bernama Bangkit Bangun Kelompok Ikan Tegalrejo.

Tahun 1998, usaha semakin berkembang, semakin luas kolam usaha budidaya lele dan jumlah anggota kelompok semakin banyak yang bergabung yaitu berjumlah 70 orang. Bertambahnya jumlah anggota kelompok, Darsino membuat struktur kelembagaan agar terkoordinir dengan baik. Darsino dan anggota masyarakat yang lain mengubah nama kelompok menjadi Karya Mina Utama, dimana karya berarti bekerja, mina berarti ikan dan utama adalah pokok.

Keberhasilan ketiga orang tani tersebut menciptakan minat besar masyarakat di Desa Tegalreo untuk menggeluti usaha budidaya lele tersebut. Budidaya pembesaran lele dianggap lebih menguntungkan untuk mencukupi kebutuhan hidup jika dibandingkan dengan bercocok tanam.

Dikutip dari saluran YouTube Jagat Renjana (31/12/2022), Sriyono yang merupakan Ketua Kelompok Bangun Mina Sejahtera menegaskan hal tersebut sudah terjadi sejak lama. “Awalnya hanya mencoba, dibuat kolam untuk pagar agar padi tidak dimakan ayam. Tapi ketika dilihat hasilnya lebih banyak dan terjamin dari budidaya ikan lele, terus akhirnya ada lagi yang mengembangkan. Dan kini sudah hampir tak ada petani padi karena semua telah beralih menjadi petani lele.” tutur Sriyono.

Sebagai salah satu produk budidaya, produksi lele di Desa Tegalrejo tidak hanya dijual dalam bentuk ikan segar saja. Pengunjung juga dapat menikmati hasil olahan ikan lele, seperti keripik sirip lele, keripik daging lele, abon lele, dan rambak lele. Biasanya, pengunjung akan membeli olahan ikan lele tersebut untuk dibawa pulang atau oleh-oleh. Hasil olahan ikan lele tersebut saat ini telah merambah hingga ke luar daerah Boyolali seperti Batam, Semarang, dan Kalimantan.

Akses untuk menuju ke Kampung Lele Boyolali ini juga sangat mudah, hanya berjarak sekitar 20 km dari pusat Kota Boyolali. Jika masih bingung, pengunjung bisa bertanya kepada masyarakat sekitar lokasi Desa Tegalrejo, Mangkubumen. Sebagian besar penduduk Boyolali pasti dapat menunjukkan rute ke tempat budidaya ikan lele terbesar tersebut.

Penulis: Khoirudin Nur Wahid

Editor: Syifa Adiba, Putri Aulia Pasa dan Muhammad Ertam Hidayat

Melihat Potensi Desa melalui Komoditas Tanaman Sawi di Kampung Cipetir, Desa Sukamaju

By Artikel, Ensiklopedia Desa

Menurut Firman Hidranto (2021) dalam tulisannya di Portal Informasi Indonesia*, pertanian merupakan sektor terbesar yang berpengaruh bagi kehidupan warga negara Indonesia. Sebagai negara agraris, banyak sekali warga negara yang berprofesi sebagai petani. Hal ini juga disebutkan oleh Kepala Badan Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto yang mengimplikasikan bahwa terdapat setidaknya 30% tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor pertanian.

Salah satu wilayah yang menggantungkan kehidupan perekonomiannya melalui pertanian adalah Kampung Cipetir, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Kampung Cipetir merupakan kampung yang berjarak sekitar 9,1 km dari Kota Sukabumi. Dengan lokasi yang tidak jauh dari pusat kota, kampung ini memiliki akses transportasi umum berupa angkot. Memiliki ketinggian kurang lebih 700 dpl, sehingga banyak warganya berprofesi sebagai petani sayuran, diantaranya tanaman sayuran sawi dan daun bawang.

Komoditas utama yang menjadi tumpuan utama di kampung ini adalah tanaman sawi. Tanaman sawi menjadi komoditas utama di Kampung Cipetir karena sawi merupakan komoditas sayuran yang masuk kedalam jenis tanaman sayuran jangka pendek, dimana sayuran dapat dipanen dengan waktu yang relatif singkat dan permodalan tanaman yang dikatakan cukup efisien. Berdasarakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia**, pada tahun 2021 provinsi Jawa Barat menjadi provinsi pemasok tanaman sayuran sawi terbesar di Indonesia, yakni sebesar 188.944,00 ton, dari total sawi di Indonesia sebesar 727 467,00 ton.

Sedangkan untuk hasil panen sayuran sawi menurut Bapak Pepen Supendi sebagai petani dan pengepul sayuran sawi mengatakan, satu petak kebun sekitar 600 m rata-rata di Kampung Cipetir biasanya menghasilkan panen sawi sekitar 700 kg sampai 1 ton per panennya.

Para Petani Sawi sedang memanen sawi di Kampung Cipetir

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bapak Pepen Supendi terhadap tanaman sayuran sawi di Kampung Cipetir, diperlukan waktu selama satu bulan mulai dari menanam bibit sawi sampai tanaman siap panen. Apabila ditanam mulai dari bibit sawi sampai tahap pembibitan dan berlanjut sampai pada masa panen, diperlukan waktu kurang lebih satu bulan 20 hari.

Sementara itu, hasil dari panen sawi biasanya dialokasilkan ke luar daerah, seperti Jakarta dan Kota Bogor atau daerah sekitarnya melalui pengepul yang ada di kampung, atau biasanya warga menjualnya ke pasar terdekat, seperti Pasar Cisaat misalnya. Selain dijual ke pengepul, sawi juga dikonsumsi pribadi atau dijual kepada warga yang sudah memesan sebelumnya. Biasanya, sawi digunakan sebagai campuran makanan bakso, mie ayam atau masakan lainnya.

Uniknya kembang sawi berwarna kuning yang masih muda pada sayuran Sawi dimasak oleh warga di Kampung Cipetir karena memiliki cita rasa yang enak dan manis.

Informasi dari konsumen sawi yaitu sawi di Kabupaten Sukabumi, salah satunya Desa Cipetir memiliki ciri khas rasa yang terbilang lebih manis dan gurih dibandingkan dengan sawi yang terdapat di daerah lainnya.

Hasil panen sawi biasanya dibandrol dengan harga Rp 2.000/kg. Namun, apabila harga sawi sedang murah, sawi bisa hanya berharga Rp 200/kg. Hal ini tergantung dengan kebutuhan pesanan dan keadaan pasar saat itu. Apabila bulan Ramadhan, harga sawi bisa mencapai pada harga Rp 5.000/kg, pasalnya kenaikan ini disebabkan karena mengikuti kenaikan harga barang-barang komoditas lainnya.

Maka dapat diketahui bahwa Kampung Cipetir merupakan kontributor tanaman sayuran sawi, yang memiliki kualitas baik dengan ciri khas rasa yang tidak didapati pada sawi yang lainnya, sebagai distributor sayuran sawi unggulan serta memiliki pengelolaan pertanian yang efisien dan ekonomis bagi warga yang ada di kampung Cipetir, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.

Penulis: Arief Rahman Husein
Editor: Syifa Adiba dan Putri Aulia Pasa