Sukoharjo (28/05) – Tiga Serangkai University (TSU) bersama Desamind Indonesia sukses menyelenggarakan kolaborasi pengabdian inovatif dan inspiratif di Sekolah Alam Aminah (SAA) Sukoharjo. Kolaborasi ini memperkenalkan pendekatan pembelajaran berbasis Computational Thinking dan teknologi mutakhir seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) kepada para siswa Sekolah Alam dengan cara yang menyenangkan dan penuh eksplorasi.
SAA merupakan lembaga pendidikan yang memadukan nilai-nilai Islami dengan metode belajar berbasis alam. Memanfaatkan lingkungan sebagai laboratorium belajar, SAA berfokus pada pengembangan potensi visual, kinestetik, dan auditori anak. Kegiatan pengabdian kali ini menjadi momen penting karena menghadirkan dimensi baru dalam proses belajar, melalui pemanfaatan teknologi digital tanpa menghilangkan nilai-nilai religius yang dipegang teguh oleh sekolah.
Dalam kegiatan tersebut, para siswa dikenalkan dengan berbagai alat dan metode pembelajaran baru yang interaktif, seperti Makey-Makey (alat pengubah tumbuhan menjadi instrumen musik digital), buku cerita yang dilengkapi dengan fitur AR, serta permainan edukatif berbasis VR yang memicu rasa ingin tahu dan kreativitas mereka.

Gambar 1. Siswa SAA Belajar Menggunakan AR dan Makey-Makey
Laila Rohmah, Dosen Tiga Serangkai University yang turut menjadi fasilitator mengaku senang bisa mengadakan kegiatan di SAA. Ia yakin pengabdian ini mampu mendorong motivasi belajar anak-anak dengan memanfaatkan teknologi era sekarang.
“Anak-anak tampak antusias karena menjadi pengalaman pertama mereka melihat kemajuan teknologi. Kami percaya pendekatan ini bisa menjadi pintu masuk untuk menanamkan kemampuan berpikir logis dan problem solving sejak dini,” ujar Laila.
Kepala Sekolah SAA, Taqwa Hasma Septyaninda, S.Psi., S.Pd.I., menyampaikan apresiasinya kepada TSU dan Desamind karena kehadiran mereka memberikan warna baru dan pendekatan inivotif yang bisa diterapkan dalam pembalajaran SAA ke depan.
“Terima kasih kepada TSU dan Desamind. Kehadiran mereka menjadi angin segar bagi kami dalam mengembangkan metode belajar yang lebih beragam dan menyenangkan, namun tetap berlandaskan nilai-nilai Islam.”
Tidak hanya guru, para siswa juga menunjukkan kegembiraan mereka setelah mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran. Salah satu siswa, M. Dzaki Al Ghazali, menceritakan keseruannya mencoba berbagai permainan edukatif.

Gambar 2. Potret Keceriaan Usai Kegiatan
“Senang sekali bisa belajar sambil main. Permainannya aneh, tapi seru. Aku jadi tahu banyak hal baru!,” ucap siswa kelas 5 itu.
Kegiatan ini menjadi bentuk nyata komitmen Desamind dan TSU dalam memajukan pendidikan anak-anak Indonesia, terutama di sekolah-sekolah alternatif berbasis alam dan nilai spiritual. Kolaborasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan zaman akan literasi teknologi, tetapi juga memperkuat gagasan bahwa pendidikan masa depan harus adaptif, menyenangkan, dan bermakna.
Ke depan, Desamind dan TSU berencana melanjutkan kerja sama serupa di berbagai sekolah berbasis komunitas lainnya. Tujuannya adalah untuk menjembatani kesenjangan digital di kalangan pelajar daerah, sekaligus mengintegrasikan teknologi dan spiritualitas dalam satu ekosistem pendidikan yang utuh.
Author: Ahmad Zamzami
Editor: Putri Aulia Pasha














